Wednesday, 27 March 2019

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN


POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN
(Bagian I)
Oleh : Fathurrohman


Manusia dicipta tanpa ada setitikpun celah, terlahir tanpa salah dan dosa juga tanpa tahu apa-apa hanya diiringi tangisan dan cucuran air mata Bahagia dari orang-orang terdekatnya. Manusia akan bisa menjadi manusia tatkala dia mampu untuk mengguakan akal fikirannya, kalo tidak maka dia hanya sebatas Hewan yang hanya bisa mengandalkan Nalurinya saja.
Dalam proses kehidupannya manusia membentuk strata sosial yang kemudian tanpa disadari setiap manusia telah memposisikan dirnya pada salah satu strata sosial yang ada, dari strata yang paling tinggi, tengah-tengah sampai dengan yang paling bawah. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung manusia sudah memilih untuk memposisikan dirinya sesuai dengan apa yang diyakininya.
Indonesia telah merdeka selama 73 tahun, angka yang belum sampai setengahnya dari waktu Indonesia selama dijajah, bagi saya wajar apabila kita memang masih belum bisa merdeka sepenuhnya, dengan menelan luka yang sangat lama tentu saja perlu waktu yang lama pula untuk menyembuhkannya. Namun hal demikian juga tidak bisa dijadikan alasan untuk agar kita tidak berusaha merangkak naik ke permukaan.
Bangsa Indonesia sendiri punya warisan strata sosial yang disebut “Kasta” yakni warisan dari agama hindu yang mengakar dan menjadi Budaya jawa bahkan dimanfaatkan oleh para Penjajah, kendatipun bangsa kita telah merdeka sistem kasta tidaklah pudar apalagi menghilang, sebab disadari ataupun tidak sampai saat inipun kita masih memandang setiap manusia lainnya dengan menggolongkan pada lapisan sosial  tertentu, tentu saja dengan kategori yang sudah terlanjur menjadi ketentuan dan pandangan umum.
Indonesia dewasa ini menjadi salah satu Negara berkembang yang sangat cepat perkembangannya dan berpotensi untuk bisa menjadi Negara Maju, hal demikian dibuktikan dengan pesatnya pembangunan Ekonomi maupun Teknologi. Kita tahu bahwa Negara yang mampu menguasai Ekonomi dan Teknologi akan bisa menjadi besar bahkan adidaya di dunia, saya yakin Indonesia menuju kesana (Negara Maju).
Dalam perhelatan Akbar Pemilu 2019 ini banyak manusia yang menggadaikan sisi kemanusiannya hanya untuk kepentigan politik sesaat saja, bukan maksud untuk mengecam dan merendahkan hak mereka untuk ikut menikmati dinamika yang terjadi pada perhelatan akbar ini,  hanya saja kalo sudah menggadaikan kemanusiaan untuk kepentingan sesaat saja saya kira itu sudah berlebihan sebab kata Gus dur sendiri ada yang lebih penting dari politik yakni Kemanusiaan.
Banyak dari saudara saya bertanya  memang apa yang dimaksud menggadaikan kemanusiaan dengan kepentingan? Loh ya banyak sekali salah satu contohnya memfitnah orang atau golongan demi untuk menjatuhkan atau mengahancurkan dengan maksud agar apa yang diingininya segara tercapai. Apakah hal demikian tidak menggadaikan sisi kemanusiaanya? Bagi saya ini jelas kejahatan yang secara tidak langsung pelaku membuang sisi manusianya dan kemudian menjadikan dirinya sebagai alat bagi sebuah kepentingan.
Dalam kontestasi akbar ini (PILPRES) ormas besar yakni Naahdlatul Ulama (NU) juga terkena imbasnya, alih-alih mendukung NU untuk tetap menjaga kesatuan dan persatuan NKRI justru malah banyak pihak yang menyerang dan merongrong NU baik secara struktural maupun kultural, baik secara personal maupun komunal.
Kang Said (sapaan akrab Kiyai Said Aqil Siraj) sebaagai ketua umum PBNU juga tidak lepas dari imbas Politik yang mengakibatkan banyak yag menyerang beliau khususnya lewat Media Sosial, kang Said dipersekusi secara masal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, selain karakter kang said yang dianggap terlalu frontal juga karena kang said membawa-bawa NU mendukung salah satu PASLON.
Bagi saya kang said bukan frontal tapi Pemberani berjiwa Satria dan memiliki cita-cita bangsa Indonesia, terkait beliau dalam condong kepada salah satu PASLON itu sah-sah saja sebab beliau tidak sebagai kapasitas seorang ketua umum PBNU tapi sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai Hak dalam menentukan Pilihannya, apakah  itu salah bagi saya tidak sama sekali.
Mungkin banyak yang melihat karena Kiai Ma’ruf Amin yang menjadi Cawapres sehingga dianggap NU Condong terhadap salah satu PASLON, bagi saya justru NU harus berpolitik, tapi Politik NU adalah politik kebangsaan, ini justru menjadi satu kebangkitan bagi bangsa Indonesia, dengan tampilnya NU dalam kontestasi Politik sendiri maka Indonesia telah menggeliat kemudian bangun Dari Mimpi panjang berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahunnya.
Nahdlatul Ulama sebagai kawah Candradimuka dan Indonesia (meminjam Istilah dari Cak Nun) sebagai Penggalan Surga, jadi perlu adanya Kesatria-kesatria yang mampu untuk mengemban amanah Rakyat, mengolah Penggalan surga yang jatuh menjadi Nusantara. Menjadi pemimpin yang Ikhtiar membangun Peradaban, bukan hanya Infrastruktur secara fisik tapi juga secara Bathiniyah, Moral, serta Mental Masyarakatnya.
Intelektual-intelektual Muda NU tampil sebagai Pribadi yang mampu Mempunyai Daya Angon yakni karakter yang mampu memesrai semua kalangan, maka jelas apabila Posisi NU sebagai Kawah Candradimuka tempat penggemblengan Para Pemimpin yang siap untuk membangunkan bangsa ini dari tidur panjangnya, asalkan kita semua sepakat bahwa kepentingannya adalah kepentingan Bersama bukan hanya bagi ini atau itu saja.

Mohon Do'anya Para Pembaca agar Kami terus Konsisten dalam memberikan Karya-karya kami Bagi para Pembaca yang Budiman.

No comments:

Post a Comment

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN