POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN
Oleh : Fathurrohman
Manusia
dicipta tanpa ada setitikpun celah, terlahir tanpa salah dan dosa juga tanpa
tahu apa-apa hanya diiringi tangisan dan cucuran air mata Bahagia dari
orang-orang terdekatnya. Manusia akan bisa menjadi manusia tatkala dia mampu
untuk mengguakan akal fikirannya, kalo tidak maka dia hanya sebatas Hewan yang
hanya bisa mengandalkan Nalurinya saja.
Dalam proses
kehidupannya manusia membentuk strata sosial yang kemudian tanpa disadari
setiap manusia telah memposisikan dirnya pada salah satu strata sosial yang
ada, dari strata yang paling tinggi, tengah-tengah sampai dengan yang paling
bawah. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung manusia sudah memilih
untuk memposisikan dirinya sesuai dengan apa yang diyakininya.
Indonesia
telah merdeka selama 73 tahun, angka yang belum sampai setengahnya dari waktu
Indonesia selama dijajah, bagi saya wajar apabila kita memang masih belum bisa
merdeka sepenuhnya, dengan menelan luka yang sangat lama tentu saja perlu waktu
yang lama pula untuk menyembuhkannya. Namun hal demikian juga tidak bisa
dijadikan alasan untuk agar kita tidak berusaha merangkak naik ke permukaan.
Bangsa Indonesia
sendiri punya warisan strata sosial yang disebut “Kasta” yakni warisan dari
agama hindu yang mengakar dan menjadi Budaya jawa bahkan dimanfaatkan oleh para
Penjajah, kendatipun bangsa kita telah merdeka sistem kasta tidaklah pudar
apalagi menghilang, sebab disadari ataupun tidak sampai saat inipun kita masih
memandang setiap manusia lainnya dengan menggolongkan pada lapisan sosial tertentu, tentu saja dengan kategori yang
sudah terlanjur menjadi ketentuan dan pandangan umum.
Indonesia
dewasa ini menjadi salah satu Negara berkembang yang sangat cepat
perkembangannya dan berpotensi untuk bisa menjadi Negara Maju, hal demikian
dibuktikan dengan pesatnya pembangunan Ekonomi maupun Teknologi. Kita tahu
bahwa Negara yang mampu menguasai Ekonomi dan Teknologi akan bisa menjadi besar
bahkan adidaya di dunia, saya yakin Indonesia menuju kesana (Negara Maju).
Dalam
perhelatan Akbar Pemilu 2019 ini banyak manusia yang menggadaikan sisi
kemanusiannya hanya untuk kepentigan politik sesaat saja, bukan maksud untuk
mengecam dan merendahkan hak mereka untuk ikut menikmati dinamika yang terjadi
pada perhelatan akbar ini, hanya saja
kalo sudah menggadaikan kemanusiaan untuk kepentingan sesaat saja saya kira itu
sudah berlebihan sebab kata Gus dur sendiri ada yang lebih penting dari politik
yakni Kemanusiaan.
Banyak dari
saudara saya bertanya memang apa yang
dimaksud menggadaikan kemanusiaan dengan kepentingan? Loh ya banyak sekali
salah satu contohnya memfitnah orang atau golongan demi untuk menjatuhkan atau
mengahancurkan dengan maksud agar apa yang diingininya segara tercapai. Apakah
hal demikian tidak menggadaikan sisi kemanusiaanya? Bagi saya ini jelas
kejahatan yang secara tidak langsung pelaku membuang sisi manusianya dan
kemudian menjadikan dirinya sebagai alat bagi sebuah kepentingan.
Dalam
kontestasi akbar ini (PILPRES) ormas besar yakni Naahdlatul Ulama (NU) juga
terkena imbasnya, alih-alih mendukung NU untuk tetap menjaga kesatuan dan
persatuan NKRI justru malah banyak pihak yang menyerang dan merongrong NU baik
secara struktural maupun kultural, baik secara personal maupun komunal.
Kang Said
(sapaan akrab Kiyai Said Aqil Siraj) sebaagai ketua umum PBNU juga tidak lepas
dari imbas Politik yang mengakibatkan banyak yag menyerang beliau khususnya
lewat Media Sosial, kang Said dipersekusi secara masal oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, selain karakter kang said yang dianggap terlalu
frontal juga karena kang said membawa-bawa NU mendukung salah satu PASLON.
Bagi saya kang
said bukan frontal tapi Pemberani berjiwa Satria dan memiliki cita-cita bangsa Indonesia,
terkait beliau dalam condong kepada salah satu PASLON itu sah-sah saja sebab
beliau tidak sebagai kapasitas seorang ketua umum PBNU tapi sebagai warga
negara Indonesia yang mempunyai Hak dalam menentukan Pilihannya, apakah itu salah bagi saya tidak sama sekali.
Mungkin banyak
yang melihat karena Kiai Ma’ruf Amin yang menjadi Cawapres sehingga dianggap NU
Condong terhadap salah satu PASLON, bagi saya justru NU harus berpolitik, tapi
Politik NU adalah politik kebangsaan, ini justru menjadi satu kebangkitan bagi
bangsa Indonesia, dengan tampilnya NU dalam kontestasi Politik sendiri maka Indonesia
telah menggeliat kemudian bangun Dari Mimpi panjang berpuluh-puluh bahkan
beratus-ratus tahunnya.
Nahdlatul
Ulama sebagai kawah Candradimuka dan Indonesia (meminjam Istilah dari Cak Nun)
sebagai Penggalan Surga, jadi perlu adanya Kesatria-kesatria yang mampu untuk
mengemban amanah Rakyat, mengolah Penggalan surga yang jatuh menjadi Nusantara.
Menjadi pemimpin yang Ikhtiar membangun Peradaban, bukan hanya Infrastruktur
secara fisik tapi juga secara Bathiniyah, Moral, serta Mental Masyarakatnya.
Intelektual-intelektual
Muda NU tampil sebagai Pribadi yang mampu Mempunyai Daya Angon yakni karakter
yang mampu memesrai semua kalangan, maka jelas apabila Posisi NU sebagai Kawah
Candradimuka tempat penggemblengan Para Pemimpin yang siap untuk membangunkan
bangsa ini dari tidur panjangnya, asalkan kita semua sepakat bahwa
kepentingannya adalah kepentingan Bersama bukan hanya bagi ini atau itu saja.
Mohon Do'anya Para Pembaca agar Kami terus Konsisten dalam memberikan Karya-karya kami Bagi para Pembaca yang Budiman.
No comments:
Post a Comment