Thursday, 29 November 2018

PSSI BISA APA?


PSSI BISA APA?
Oleh : Fathur*


Sepak bola adalah olahraga yang hampir diminati kebanyakan orang di hampir setiap Negara, tidak terkecuali Indonesia. Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, sepak bola menjadi olahraga yang sangat bergengsi dan juga sebagai salah satu sarana untuk bisa mengharumkan bangsa dan negara, agar bisa bersaing dengan Negara-negara lainnya.
Sepak bola Indonesia dalam perjalanannya banyak melalui aral yang melintang, drama-drama dalam setiap pertandingan sepak bola, sampai dengan menejerial organisasi dalam pengurus-pengurus sepak bola tanah air, dari KONI sampai dengan PSSI.
Bahkan muncul dagelan istilah ‘Sepak Bola Gajah’ yang berarti para pemainnya sengaja mengalah agar tidak memenangkan pertandingan. Aneh bukan? Dalam setiap pertandingan setiap tim pasti menginginkan kemenangan, tapi dalam sepak bola gajah justru setiap tim berlomba-lomba untuk kalah. Contohnya adalah ketika piala tiger 1998 Indonesia vs Thailand, bukannya berlomba-lomba untuk bisa menang tapi malah berlomba-lomba kalah agar tidak bertemu dengan Vietnam waktu itu selaku tuan rumah dan dianggap begitu menakutkan.
Istilah ‘sepak bola gajah’ di Indonesia itu untuk istilah para Bandar judi yang melakukan pengaturan skor dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetisi sepak bola Indonesia. Seharusnya setiap klub barmain untuk menang tapi justru bermain untuk kalah, adanya gol-gol bunuh diri yang dilakukan oleh para pemain, seperti yang terjadi ketika pertandingan antara PSS Sleman kontra Madura FC.
Bagi kita-kita masyarakat biasa yang hanya tau luarannya saja, ini tamparan keras dan seolah menjadi sebuah bom yang menjadi virus yang sedikit demi sedikit mengikis dan menggrogoti asa setiap suporter yang sudah menjadikan timnas Indonesia sebagai jiwa raganya.
Kebobrokan system sepak bola Indonesia memang menjadi rahasi umum bagi masyarakat dan pemain-pemain Bola Indonesia, hanya saja kami sebagai masyarakat tidak pernah berfikir sampai dengan sejauh itu, kami kira hanya sebatas ketidak tranparan soal keuangan yang ada di PSSI seperti yang dikatakan oleh Tommy Apeantono ASPROV PSSI Jawa Barat, tapi ternyata lebih dari itu banyak oknum yang ikut bermain dalam judi dan pengaturan skor dalam kompetisi sepak bola Indonesia.
Kalo sahabat andon nonton Program Mata Najwa sore tadi, maka semakin terlihat fakta-fakta kebobrokkan yang terjadi dalam kompetisi Sepak Bola Indonesia, bahkan dikatakan salah satu Nara Sumber pengaturan skor juga pernah melibatkan Timnas Indonesia. Betapa sedihnya seluruh supporter Indonesia yang menonton program tersebut. ‘Remuk Ajur’ rasanya mendengar hal tersebut, bagaimana tidak? Para atlet yang berjuanag keras dan mati-matian untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara justru malah diciderai dengan hal-hal semacam itu.
Santernya issue yang menimpa sepak bola Indonesia dari mulai kegagalan timnas di AFF sampai dengan perhatian Ketua PSSI yang terbagi akibat menjadi Gubernur Sumatra Utara, menjadi perhatian setiap kalangan tak terkecuali Kementrian Penuda dan Olahraga sendiri.
Pengaturan pertandingan atau yang biasa disebut ‘Match fixing’ sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sangat merugikan bagi dunia dan prestasi sepak bola Indonesia. Istilah ini sebenarnya sudah lama dikenal dalam dunia olahraga, namun dewasa ini sudah banyak sekali jenis ‘match fixing’.
Dikutip dari laman www.mainbasket.com menurut kementrian budaya Norwegia, ada tiga jenis manipulasi atau kecurangan dalam pertandingan. Pertama adalah ‘match fixing’ yaitu aktifitas yang melibatkan seluruh tim atau sebagian yang sengaja dibayar untuk mengalah, seperti dalam pertandingan sepak bola.
Kedua adalah ‘spot fixing’  yaitu pengaturan pertandingan pada saat-saat tertentu ketika pertandingan berjalan, tanpa mempengaruhi hasil akhir. Contohnya dalam pertandingan sepak bola, wasit menganggap pelanggaran biasa namun dianggap pelanggaran serius sehingga mengakibatkan tendangan pinalti.
Ketiga adalah ‘point shaving’ yaitu melibatkan skor, tetapi bukan merupakan hasil akhir. Misalnya dalam sebuah pertandingan Bolaq basket, sebuah tim dibayar untuk menahan perolehan poin lawan agar margin tidak lebih dari 10 poin dalam bola basket.
Bagi kami terlepas apapun itu istilahnya pertandingan yang sportif adalah pertandingan yang kami impikan dan kami harapkan, menang ataupun kalah itu sudah biasa, tapi kalau sudah ada kecurangan maka itu adalah hal yang tidak bisa dimaafkan bagi siapapun juga. Terutama bagi orang-orang yang terlibat dalam kompetisi olahraga. Seperti atletnya, pelatihnya atau siapapun yang terlibat didalamnya.
Semoga ‘match fixing’ tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi Olahraga indonesi khususnya dalam sepak bola, Sebagai penutup meminjam kata-kata Mba Najwa Syihab “PSSI dan prestasi macam dua ujung yang sulit bertemu, karena trofi hanya untuk federasi yang bermutu”


Salam dari Tjirebon
*penulis adalah bocah muridnya bocah angon

1 comment:

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN