Wednesday, 31 October 2018

MENULIS ITU MELAWAN


MENULIS ITU MELAWAN
Oleh Fathur*

“Tahukah kau kenapa aku suka kau Minke? Karena kau menulis, Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari”
(Nyai Ontosoroh Pada Minke)


Dalam penggalan percakapan antara Nyai Ontosoroh dan Minke dalam Roman Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer itu menjelaskan bahwa tulisan itu takkan mati, tak akan sirna ditelan zaman serta akan menjadi abadi, kecuali memang sengaja dimatikan oleh oknum-oknum yang mengingininya.
Selain menjadi karya abadi tulisan juga menjadi sarana untuk berbagai macam kebutuhan dan kepentingan, tapi bagiku menulis adalah melawan. Melawan pada kebodohan, kemalasan serta ketidakadilan. Tapi mungkin bagi kawan-kawan tentu saja menulis memiliki arti lain yang lebih memiliki makna daripada melawan, bagiku terserahlah yang penting tidak mengusik dan merugikanku.
Di era digitalisasi sekarang menulis adalah hal lumrah yang oleh siapa saja bisa dilakukan dan bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat luas. Bagaimana tidak? Sekarang banyak sekali media yang bisa membantu kita untuk bisa menyebarkan tulisan kita pada khalayak luas, contohnya melalui aplikasi facebook, twitter, blog dan lain sebagainya.
Ironisnya kemajuan teknologi yang begitu pesat berbanding lurus dengan kerusuhan yang ditimbulkan oleh media-media elektronik tersebut seperti penyebaran fitnah, pencemaran nama baik, bullying dsb.
Namun, apa yang mereka tuliskan di media-media itu hanyalah kata-kata yang tujuannya hanya sekadar eksistensi diri atau yang lebih parah malah digunakan untuk menyakiti orang lain, tidak memberikan sebuah informasi ataupun suatu pengetahuan yang berarti. Terlebih lagi hal demikian terjadi di lingkungan orang-orang yang terdidik. Sebuah ironi, bukan?
Terlepas dari semua itu aku disini bukan untuk menghakimi atau semacamnya, tapi hanya untuk bersama-sama belajar akan pentingnya menulis khususnya untuk generasi muda dan kawan-kawan mahasiswa atau kaum terdidik lainnya.


Kata Pram menulis adalah bekerja untuk keabadian, kawan-kawan pasti sampai saat ini masih bisa merasakan kontribusi pemikiran-pemikiran dari Plato, Sokrates, Bung karno, Gus Dur dsb. Kenapa sampai saat ini kita masih bisa merasakan kontribusi dari pemikiran mereka? Sebab mereka menulis, kita bisa membaca dari karya yang dihasilkan oleh mereka, dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh mereka atau tentang mereka yang ditulis oleh orang lain.
Sebaliknya para tokoh yang tidak memiliki tulisan justru akan mudah dilupakan seiring perkembangan zaman, tanpa buah karya tulisan mereka sulit untuk kita mengenali pemikiran juga sosok mereka, sekadar kata orang yang tentu saja akurasinya sangat dipertanyakan karena memori ingatan seseorang itu lambat laun akan melemah.
Menulis untuk melawan sebuah pembodohan bagiku adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh orang-orang yang berpendidikan, sebab kalau bukan orang yang berpendidikan maka kepada siapa lagi masyarakat akan bersandar.
Untuk melakukan langkah kecil adalah tentu saja dengan banyak membaca buku, memperbanyak referensi adalah modal utama kita untuk bisa menghasilkan sebuah tulisan. Banyak orang pintar, rajin membaca namun jarang menulis. Mereka punya banyak ilmu dan pengalaman, namun tidak pernah meneruskannya lewat tulisan. Hal ini sangat disayangkan, karena apa yang mereka miliki hanya akan bermanfaat buat dirinya sendiri. Akan berbeda halnya jika orang tersebut menuliskan apa-apa yang dia kuasai. Tentu dampaknya akan lebih luas. Dia bisa membawa pengaruh dan manfaat kepada orang lain dan akan terus berguna buat generasi selanjutnya.
Sekali lagi menulis adalah salah satu upaya kita, ikhtiar kita untuk bisa memberikan manfaat kepada sesama manusia, upaya untuk membantu mencerdaskan anak bangsa. Terkesan dilebih-lebihkan memang, tapi bagiku begitulah adanya.
Bung Karno menulis, Bung Hatta menulis, Gus Dur menulis, masih banyak tokoh-tokoh bangsa lainnya yang memberikan kontribusi pemikirannya melalui tulisan, sehingga bisa dikonsumsi oleh kita sampai dengan generasi selanjutnya.
Jadi menulislah kawan, terlepas tulisanmu untuk kepentingan suatu golongan atau dirimu sendiri atau kepentingan apapun. Yang penting kamu menulis saja dulu!


*Penulis adalah Bocah yang menjadi muridnya Bocah Angon

No comments:

Post a Comment

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN