PERANG
KEDONGDONG CIREBON
Oleh : Abdul
Hakiem*
Tepat
pada tanggal 22 Oktober 2018, para santri di seluruh Indonesia, merayakan hari
yang spesial bagi mereka, hari yang
sangat dinanti-nanti oleh para santri dan para ulama. Ialah Hari Santri
Nasional. Saya haturkan terimakasih kepada Presiden RI bapak Jokowi yang sudah
mengesahkan Hari Santri Nasional sebagai bagian dari hari besar Nasional.
Dan
mengapa ada peringatan hari santri nasional di Indonesia? Akan saya ajak para
pembaca ke zaman dulu, perjuangan santri, ulama dan para kiai. Berikut adalah
kisah sejarah perjuangan para santri di seluruh Indonesia demi terciptanya
cita-cita kemerdekaan Rakyat Indonesia.
Mungkin kalian
sudah tahu kisah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah dari buku
pelajaran yang sudah kalian baca, atau kalian juga bisa mengetahuinya dari film
layar lebar. Ya kita tahu bahwa jasa dan
perjuangan para tokoh pahlawan dan para pejuang rakyat Indonesia sangatlah
besar, saat Indonesia masih dijajah oleh bangsa asing.
Jika kita menilik
lebih jauh tentang sejarah perjuangan toko-tokoh bangsa ini sangat banyak
versinya, bahkan dengan sengaja dihilangkan dari buku pelajaran sejarah yang
kita pelajari, saat kita masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar
atau sederajat lainnya. Misalnya
seperti sejarah Perang Kedongdong. Banyak dari kita, khususnya para pelajar
tidak mengetahui sejarah Perang Kedongdong.
Perang
kedongdong adalah satu bentuk perlawanan para ulama dan masyarakat Cirebon
terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menetapkan pajak dengan
nilai yang tinggi kepada rakyat. Pajak ini dinilai sebagai kebijakan yang
sangat mencekik. Karena pada kala itu, rakyat berada pada posisi yang miskin
dan serba kesulitan. Tentu saja kebijakan tersebut mendapat tentangan yang
sangat kuat dari rakyat, khususnya kaum santri.
Seketika
itulah, mulai terjadi perlawanan rakyat terhadap Belanda. Pergolakan melawan
Belanda bertambah hebat, setelah Pangeran Suryanegara, putra mahkota Sultan
Kanoman IV menolak tunduk terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pasalnya ia
memutuskan untuk keluar dari Keraton dan bergabung dengan rakyat melakukan
perlawanan.
Sampai pada saatnya
pasukan Belanda semakin terdesak, mereka mengalami kekalahan perang yang sangat
besar, bukan saja kehilangan nyawa perajuritnya, akan tetapi juga mengalami
kerugian sangat besar untuk mendanai Perang Kedongdong ini, nilainya mencapai
150.000 Gulden. Pada keadaan
yang sangat terpuruk menghadapi perlawanan rakyat di bawah pimpinan Pangeran
Suryanegara, Belanda meminta tambahan pasukan. Bukan hanya itu, Belanda pun meminta
bantuan dari pasukan Portugis yang berada di Malaka, guna membantu mereka
meredam perlawanan rakyat Cirebon.
Setelah meminta
bantuan untuk bekerjasama dengan pasukan Portugis untuk meredam perlawanan
rakyat Cirebon, akhirnya pasukan Portugis datang dengan menggunakan enam kapal
dan berlabuh di Pelabuhan Muara Jati yang mengangkut bala tentaranya untuk
membantu Belanda. Namun hal
itu sama sekali tidak membuat ciut perlawanan rakyat.
Justru
malah sebaliknya, semangat perlawan rakyat Cirebon semakin bertambah dan
semakin menjadi. Pasalnya peperangan terjadi di Desa Kedongdong kecamatan
Susukan. Bahkan dalam peperangan tersebut ribuan nyawa melayang. Baik di pihak
rakyat maupun Belanda.
Setelah
menjalani peperangan selama dua puluh tahun ( 1753-1773 ) melawan penjajah
Belanda dan bala bantuan tentara Portugis, akhirnya Belanda sadar bahwa mereka
tidak mampu menghadapi perlawan rakyat secata frontal. Bahkan pihak belanda
sampai mencari siasat lain ntuk melumpuhkan semangat perlawanan rakyat.
Salah
satu caranya adalah dengan menangkap Pangeran Kanoman. karena hanya di bawah
kepemimpinan Pangeranlah semangat perlawanan rakyat semakin berkobar. Pada
akhirnya dengan segala tipu daya dan kelicikan pasukan Belanda, Pangeran
Kanoman pun tertangkap. Belanda juga segera menahannya di Batavia dan kemudian
mengasingkannya di Benteng Victoria Ambon.
Itulah
sepenggal kisah sejarah perlawan rakyat dan santri Cirebon melawan penjajah
kolonial Belanda. Demi melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Lawan,
lawan, dan lawan!
*Penulis adalah Aktifis Kopi
Mangtapp Dulkim
ReplyDelete