Saturday, 3 November 2018

REFLEKSI HARI SANTRI DALAM PERANG KEDONGDONG CIREBON


PERANG KEDONGDONG CIREBON
Oleh : Abdul Hakiem*



Tepat pada tanggal 22 Oktober 2018, para santri di seluruh Indonesia, merayakan hari yang spesial bagi mereka,  hari yang sangat dinanti-nanti oleh para santri dan para ulama. Ialah Hari Santri Nasional. Saya haturkan terimakasih kepada Presiden RI bapak Jokowi yang sudah mengesahkan Hari Santri Nasional sebagai bagian dari hari besar Nasional.
Dan mengapa ada peringatan hari santri nasional di Indonesia? Akan saya ajak para pembaca ke zaman dulu, perjuangan santri, ulama dan para kiai. Berikut adalah kisah sejarah perjuangan para santri di seluruh Indonesia demi terciptanya cita-cita kemerdekaan Rakyat Indonesia.
Mungkin kalian sudah tahu kisah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah dari buku pelajaran yang sudah kalian baca, atau kalian juga bisa mengetahuinya dari film layar lebar. Ya kita tahu bahwa jasa dan perjuangan para tokoh pahlawan dan para pejuang rakyat Indonesia sangatlah besar, saat Indonesia masih dijajah oleh bangsa asing.
Jika kita menilik lebih jauh tentang sejarah perjuangan toko-tokoh bangsa ini sangat banyak versinya, bahkan dengan sengaja dihilangkan dari buku pelajaran sejarah yang kita pelajari, saat kita masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar atau sederajat lainnya. Misalnya seperti sejarah Perang Kedongdong. Banyak dari kita, khususnya para pelajar tidak mengetahui sejarah Perang Kedongdong.
Perang kedongdong adalah satu bentuk perlawanan para ulama dan masyarakat Cirebon terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menetapkan pajak dengan nilai yang tinggi kepada rakyat. Pajak ini dinilai sebagai kebijakan yang sangat mencekik. Karena pada kala itu, rakyat berada pada posisi yang miskin dan serba kesulitan. Tentu saja kebijakan tersebut mendapat tentangan yang sangat kuat dari rakyat, khususnya kaum santri.
Seketika itulah, mulai terjadi perlawanan rakyat terhadap Belanda. Pergolakan melawan Belanda bertambah hebat, setelah Pangeran Suryanegara, putra mahkota Sultan Kanoman IV menolak tunduk terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pasalnya ia memutuskan untuk keluar dari Keraton dan bergabung dengan rakyat melakukan perlawanan.
Sampai pada saatnya pasukan Belanda semakin terdesak, mereka mengalami kekalahan perang yang sangat besar, bukan saja kehilangan nyawa perajuritnya, akan tetapi juga mengalami kerugian sangat besar untuk mendanai Perang Kedongdong ini, nilainya mencapai 150.000 Gulden. Pada keadaan yang sangat terpuruk menghadapi perlawanan rakyat di bawah pimpinan Pangeran Suryanegara, Belanda meminta tambahan pasukan. Bukan hanya itu, Belanda pun meminta bantuan dari pasukan Portugis yang berada di Malaka, guna membantu mereka meredam perlawanan rakyat Cirebon.
Setelah meminta bantuan untuk bekerjasama dengan pasukan Portugis untuk meredam perlawanan rakyat Cirebon, akhirnya pasukan Portugis datang dengan menggunakan enam kapal dan berlabuh di Pelabuhan Muara Jati yang mengangkut bala tentaranya untuk membantu Belanda. Namun hal itu sama sekali tidak membuat ciut perlawanan rakyat.
Justru malah sebaliknya, semangat perlawan rakyat Cirebon semakin bertambah dan semakin menjadi. Pasalnya peperangan terjadi di Desa Kedongdong kecamatan Susukan. Bahkan dalam peperangan tersebut ribuan nyawa melayang. Baik di pihak rakyat maupun Belanda.
Setelah menjalani peperangan selama dua puluh tahun ( 1753-1773 ) melawan penjajah Belanda dan bala bantuan tentara Portugis, akhirnya Belanda sadar bahwa mereka tidak mampu menghadapi perlawan rakyat secata frontal. Bahkan pihak belanda sampai mencari siasat lain ntuk melumpuhkan semangat perlawanan rakyat.
Salah satu caranya adalah dengan menangkap Pangeran Kanoman. karena hanya di bawah kepemimpinan Pangeranlah semangat perlawanan rakyat semakin berkobar. Pada akhirnya dengan segala tipu daya dan kelicikan pasukan Belanda, Pangeran Kanoman pun tertangkap. Belanda juga segera menahannya di Batavia dan kemudian mengasingkannya di Benteng Victoria Ambon.
Itulah sepenggal kisah sejarah perlawan rakyat dan santri Cirebon melawan penjajah kolonial Belanda. Demi melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Lawan, lawan, dan lawan!


*Penulis adalah Aktifis Kopi

1 comment:

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN