Tuesday, 23 October 2018

Jihad Santri melawan Hoax


Oleh : Muhammad Surya

Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai ras, agama, suku dan bangsa serta bukan negara islam seperti negara-negara yang berada di wilayah timur tengah. Namun yang telah kita ketahui penduduk di Indonesia mayoritasnya memeluk agama islam.

Fakta tersebut telah berlangsung cukup lama dan masih melekat pada sampai saat ini, berbicara mengenai islam di Indonesia memang sangat menarik karena kegiatan yang berasaskan keislaman sangat jelas terlihat dalam kehidupan masyarakatnya.

Bukunya Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, bahwa islam sudah memasuki Indonesia sejak abad ke 7 dan sudah dianut sebagian besar orang Indonesia, baik sebagai hukum ataupun agama. Islamisasi di Indonesia telah ada sejak para Wali Songo menyebarkan ajaran islam di Nusantara, selain itu, beberapa daerah yang berada di Indonesia, memiliki beberapa pondok pesantren yang sudah terkenal. Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari adanya pondok pesantren yang notabennya para santri, ulama dan kiyai yang memiliki ciri khas tersendiri.

Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah merdeka dari penjajahan belanda namun, belum genap 1 bulan merdeka, Indonesia mendapat ujian yang berat. Tentara sekutu yang membonceng tentara Belanda mendarat di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Peristiwa inilah yang membuat Bung Karno dan Bung Hatta untuk ber-Diplomatik, agar tentara sekutu tidak mengusik kemerdekaan Indonesia, namun rencana itu tidak membuahkan hasil.

Bung Karno galau, ketakutan yang dirasakan Bung Karno sangat mendalam. Sehingga ia memperhitungkan bila terjadi peperangan secara sistematis, kemungkinan besar tidak akan bisa mengalahkan tentara sekutu, sudah jelas, persenjataan mereka sangat lengkap dan keahlian militernya sangat memadai.

Di sinilah peran para ulama sangat dibutuhkan, atas saran dari jendral Sudirman, Soekarno diminta untuk mengirim pasukan khusus kepada pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari tujuan menanyakan Fatwa Kiyai Hasyim tentang hukumnya berjihad membela negara, yang notabennya bukan negara Islam.

Kiyai Hasyim lantas memanggil Kh Hasan Abdullah dari Tambak Beras Jombang, kiyai Wahab diminta untuk mengumpulkan para ketua-ketua NU se-Jawa-Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu, kiyai Hasyim juga meminta kiyai-kiyai utama NU untuk melakukan sholat istiqoroh salah satunya adalah kiyai Abbas dari Buntet, Cirebon Jawa Barat.

Itulah sepotong cerita perjuangan para Umara dan Ulama untuk mengalahkan  tentara sekutu agar beranjak dari tanah Indonesia, selain itu, para santripun ikut berjuang dalam peperangan dan mengalahkan tentara sekutu, begitu hebatnya para pejuang santri pada zamannya itu. atas perjuangan para santri dan ulama mengusir para tentara sekutu. Sehingga, tanggal 22 Oktober menjadi hari peringatin untuk santri se-Indonesia, yaitu Hari Santri Nasional.

Santri di zaman sekarang dan zaman dulu, perjuangannya sangat berbeda, santri dulu berperang melawan tentara sekutu, santri sekarang berperang melawan teknologi. Semakin meningkatnya teknologi di Indonesia, menyebabkan pengaruh yang sangat baik, namun juga bisa menyebabkan pengaruh yang begitu buruk.

Perkembangan teknologi di Indonesia sangat meningkat, dengan adanya beberapa media sosial yang sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan melalui telepon genggam dan semua orang bisa mengakses segala kegiatan yang dilakukan, bahkan bisa menyebar luas informasi hoax.

Semua kalangan pasti memiliki akun media sosial masing-masing, termasuk para santri. Tugas santri hari ini tidak hanya sekedar sekolah, mengaji, dan melaksanakan kegiatan religius lainnya. Melainkan santri juga wajib melawan hoax yang semakin menjalar dan agar tidak mudah terpengaruh oleh para oknum pembuat berita hoax.

Seperti beberapa bulan yang lalu, Indonesia telah digemparkan berita seorang ibu yang berusia 70th dikeroyok oleh tiga pemuda di salah satu bandara yang berada di Bandung. Sehingga menyebabkan muka si ibu tersebut babak belur, berita ini pun langsung menyebar, dan membuat empati para tokoh nasional, para pimpinan-pimpinan dewan yang mempercayai berita tersebut. Setelah berita itu menyebar, akhirnya ia mengakui bahwa berita itu ­hoax, yang sebenarnya ia tidak dipukuli tiga pemuda, muka yang babak belur itu disebabkan gagalnya operasi plastik.

Ini berita hoax  yang sangat hebat, kenapa? Karena beberapa tokoh nasional ikut terperangkap oleh berita hoax tersebut. Santri harus cerdas dan pandai dalam menghadapi teknologi dan media yang semakin kacau, bahkan menjadikan tempat penyebaran berita hoax serta menjadi tempat saling menghujat, memfitnah, dan mencacimaki. Melawan hoax adalah tugas kita bersama, termasuk tugasnya para santri, seperti lirik lagu Hari Santri ;

”Saat ini kita telah merdeka, mari teruskan perjuangan ulama, berperan aktif dengan dasar pancasila Nusantara tanggung jawab kita”. Arti lirik lagu tersebut, bahwasannya hari ini kita telah merdeka dari penjajahan dan kita hanya cukup meneruskannya dan berperan aktif dalam berasaskan pancasila serta negara ini adalah tanggung jawab kita para pemuda dan santri. Jangan kalah sama hoax, karena hoax sesama saudara saling membenci, lawan hoax, perangi hoax. Santri harus berjihad melawan hoax seperti santri zaman dulu berjihad melawan tentara sekutu. Selamat Hari Santri, bersama santri damailah negeri.



Penulis adalah mahasiswa tertinggi dikampusnya


 
 


1 comment:

  1. Ijin ambil gambarnya yaa mas/mbak buat referensi dan pasang ke mading 🙏

    ReplyDelete

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN