Saturday, 10 November 2018

SEBUAH ELMU; TUTORIAL AGAR WEDHUS ENGGAK DOYAN TANAMAN PADI


SEBUAH ELMU; TUTORIAL AGAR WEDHUS ENGGAK DOYAN TANAMAN PADI
Oleh: Mutho AW*


Mula-mula, saya mau minta maaf apabila tulisan ini tidak kekinian, tidak millenialable. Tapi, saya mikir-mikir ada pentingnya juga saya menulis tutorial ini. Ada beberapa alasan mengapa saya menulis tutorial ini.
Pertama, dengan tulisan ini setidaknya pengakuan diri kalau saya ini mantan bocah angon bisa lebih kuat dan jejeg. Kedua, saya yakin masih ada bocah angon di era yang serba modern teknologis ini. Di pesantren saya dulu, pemulung saja punya hape bagus, apalagi bocah angon. Insya Allah mereka bisa mengakses tulisan ini dan saya yakin 200,2% bermanfaat untuk mereka, amin. Ketiga, menulis ini bak jatuh cinta pada pandangan pertama, saya nulis ngalir saja, seperti tetesan embun turun dari lubang hidung.
Okela, pak-bapak bu-ibu, sodara-sodari, perlu diketahui bahwa salah satu ujian (ingat ujian, bukan azab!) seorang bocah angon wedhus adalah kerumunan tanaman padi yang berjajar di pinggiran jalan tempat wedhus lewat, atau pesawahan dekat tempat angon. Mengapa ini ujian? Ya sebab itu bukan makanan wedhus, padi itu modal makan manusia. Teteww!
Engga-engga. Maksud saya jika wedhus kita (kita? Ya anggap saja kita ini bocah angon) memakan tanaman padi, ini berabe bin bahaya. Bukan sebab wedhus kita akan keracunan atau tiba-tiba wedhus kita bisa berteriak “takbiiir!”, bukan, bukan itu. Menurut Waduloh tetangga saya plus maskot saya punya kampung, jika wedhus kita sampai memakan tanaman padi, itu artinya kita belumlah menjadi bocah angon yang profesional. Dan tentu hal tersebut akan memancing amuk si pemilik tanaman padi. Bisa-bisa wedhus kita dihantam oleh hoax, lha, dihantam menggunakan sepilar kayu. Kan kesian.
Dulu banget, semasa masih angon wedhus saya sempat heran lha kok bisa wedhus-wedhus milik teman saya sama sekali tidak doyan tanaman padi. Sampai-sampai wedhus teman saya lewat pematang sawah pun aman-aman saja alias tak ada pucuk daun padi yang temakan pun. Ajib memang. Ternyata eh usut punya usut, teman saya memiliki elmu turunan dari orangtuanya. Hmmm. Saya penasaran kan. Anda juga?
Rasa penasaran dan kepengin menyeret saya untuk langsung tanpa grasa-grusu bertanya pada teman saya itu.
“Mid, apa gerangan yang membikin engkau punya wedhus tidaklah doyan tanaman padi?”
“Oh, ho ho hohuwow. Apa hak Anda menanyakan itu?”
“Ellaaaaa. Mid, engkau dan saya adalah teman, ingat, kita adalah teman.”
“Ohiya, lupa. Qiqiqiqi. Jadi gini ... bla bla bla.”
Nah, saya namai elmu  dari si Takmid yang saya jadikan tutorial ini “elmu wedhus mingkem cangkem”.
Pada prinsipnya elmu wedhus mingkem cangkem tidak perlu ditirakati dan dipuasai. Ini elmu cukup diamalkan dengan hati-hati dan penuh keberanian mental dan spiritual. Ini tidak baik dipraktikkan oleh seorang berpenyakitan jantung atau ibu-ibu hamil, juga bagi Anda yang tidak punya wedhus dan enggan pinjam wedhus.
Perhatikan step by step di bawah ini dengan seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja!
1.    Siapkan wedhus yang paling doyan tanaman padi
Oke, tentu yang pertama yang harus diperhatikan adalah memilih dan memilah wedhus. Utamakan dulu wedhus yang paling doyang tanaman padi. Jika Anda tidak punya wedhus, ya bisa pinjam atau beli. Banyak kok di tukang ternak. Oke?
2.    Anda cangcang (ikat) wedhus yang sudah berada di pelukan Anda
Kedua, agar wedhus yang sudah Anda pilih itu tidak kabur kemudian teriak-teriak di jalanan, maka perlu untuk dicangcang atau diikat. Ini juga bisa dilakukan dengan cara leher si wedhus diapit oleh kedua paha Anda. Tapi, nggak deh, diiket aja. Soalnya entar membutuhkan pemeran tambahan.
3.    Jangan lupa siapkan daun padi dan tai wedhus yang masih anget baru jebrol
Nah iya, lupa. Harusnya ini ditulis di muka. Tapi enggak apa-apa deh. Sekarang silakan ambil daun padi secukupnya dan tai wedhus yang masih angetan. Jika Anda jijik bisa sewa tetangga atau saudara Anda.
4.    Ini step terakhir yang keempat
Setelah Anda peroleh daun padi dan tai wedhus angetan itu, campurlah keduanya. Dulu sih, saya tak aduk-aduk begitu aja di tangan. Intinya itu tai wedhus dan daun padi diaduk, dicampur. Usai dirasa telah menyatu antara keduanya, usap-usapkan campuran itu ke bibir wedhus. Ingat, secara merata. Hingga tiada sesenti pun bibir wedhus yang tidak diusap.
Terereeeeeng. Selesai sudah.
Insya Allah, dengan aroma tainya sendiri yang bercampur dengan aroma daun padi, wedhus itu enggak akan doyan tanaman padi. Kalaupun masih doyan, itu bukan salah saya ya. Mungkin wedhus Anda terlalu rakus. Wkwkwk.
Salam wedhus!
*Penulis adalah Bocah Angon yang lagi Sekolah S2


No comments:

Post a Comment

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN