SEBUAH ELMU; TUTORIAL AGAR WEDHUS ENGGAK
DOYAN TANAMAN PADI
Oleh: Mutho AW*
Mula-mula, saya mau minta maaf apabila
tulisan ini tidak kekinian, tidak millenialable. Tapi, saya mikir-mikir
ada pentingnya juga saya menulis tutorial ini. Ada beberapa alasan mengapa saya
menulis tutorial ini.
Pertama, dengan tulisan ini setidaknya
pengakuan diri kalau saya ini mantan bocah angon bisa lebih kuat dan jejeg.
Kedua, saya yakin masih ada bocah angon di era yang serba modern
teknologis ini. Di pesantren saya dulu, pemulung saja punya hape bagus, apalagi
bocah angon. Insya Allah mereka bisa mengakses tulisan ini dan saya
yakin 200,2% bermanfaat untuk mereka, amin. Ketiga, menulis ini bak jatuh cinta
pada pandangan pertama, saya nulis ngalir saja, seperti tetesan embun turun
dari lubang hidung.
Okela, pak-bapak bu-ibu, sodara-sodari,
perlu diketahui bahwa salah satu ujian (ingat ujian, bukan azab!) seorang bocah
angon wedhus adalah kerumunan tanaman padi yang berjajar di pinggiran jalan
tempat wedhus lewat, atau pesawahan dekat tempat angon. Mengapa
ini ujian? Ya sebab itu bukan makanan wedhus, padi itu modal makan
manusia. Teteww!
Engga-engga. Maksud saya jika wedhus kita
(kita? Ya anggap saja kita ini bocah angon) memakan tanaman padi, ini
berabe bin bahaya. Bukan sebab wedhus kita akan keracunan atau tiba-tiba
wedhus kita bisa berteriak “takbiiir!”, bukan, bukan itu. Menurut
Waduloh tetangga saya plus maskot saya punya kampung, jika wedhus kita sampai
memakan tanaman padi, itu artinya kita belumlah menjadi bocah angon yang
profesional. Dan tentu hal tersebut akan memancing amuk si pemilik tanaman padi.
Bisa-bisa wedhus kita dihantam oleh hoax, lha, dihantam
menggunakan sepilar kayu. Kan kesian.
Dulu banget, semasa masih angon wedhus
saya sempat heran lha kok bisa wedhus-wedhus milik teman saya
sama sekali tidak doyan tanaman padi. Sampai-sampai wedhus teman saya
lewat pematang sawah pun aman-aman saja alias tak ada pucuk daun padi yang
temakan pun. Ajib memang. Ternyata eh usut punya usut, teman saya memiliki elmu
turunan dari orangtuanya. Hmmm. Saya penasaran kan. Anda juga?
Rasa penasaran dan kepengin menyeret saya
untuk langsung tanpa grasa-grusu bertanya pada teman saya itu.
“Mid, apa gerangan yang membikin engkau
punya wedhus tidaklah doyan tanaman padi?”
“Oh, ho ho hohuwow. Apa hak Anda
menanyakan itu?”
“Ellaaaaa. Mid, engkau dan saya adalah
teman, ingat, kita adalah teman.”
“Ohiya, lupa. Qiqiqiqi. Jadi gini ... bla
bla bla.”
Nah, saya namai elmu dari si Takmid yang saya jadikan tutorial ini
“elmu wedhus mingkem cangkem”.
Pada prinsipnya elmu wedhus mingkem
cangkem tidak perlu ditirakati dan dipuasai. Ini elmu cukup
diamalkan dengan hati-hati dan penuh keberanian mental dan spiritual. Ini tidak
baik dipraktikkan oleh seorang berpenyakitan jantung atau ibu-ibu hamil, juga
bagi Anda yang tidak punya wedhus dan enggan pinjam wedhus.
Perhatikan step by step di bawah ini
dengan seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja!
1. Siapkan wedhus
yang paling doyan tanaman padi
Oke, tentu yang pertama yang harus
diperhatikan adalah memilih dan memilah wedhus. Utamakan dulu wedhus yang
paling doyang tanaman padi. Jika Anda tidak punya wedhus, ya bisa pinjam
atau beli. Banyak kok di tukang ternak. Oke?
2. Anda
cangcang (ikat) wedhus yang sudah berada di pelukan Anda
Kedua, agar wedhus yang sudah Anda
pilih itu tidak kabur kemudian teriak-teriak di jalanan, maka perlu untuk
dicangcang atau diikat. Ini juga bisa dilakukan dengan cara leher si wedhus
diapit oleh kedua paha Anda. Tapi, nggak deh, diiket aja. Soalnya entar
membutuhkan pemeran tambahan.
3. Jangan
lupa siapkan daun padi dan tai wedhus yang masih anget baru jebrol
Nah iya, lupa. Harusnya ini ditulis di
muka. Tapi enggak apa-apa deh. Sekarang silakan ambil daun padi secukupnya dan
tai wedhus yang masih angetan. Jika Anda jijik bisa sewa tetangga atau
saudara Anda.
4. Ini step
terakhir yang keempat
Setelah Anda peroleh daun padi dan tai wedhus
angetan itu, campurlah keduanya. Dulu sih, saya tak aduk-aduk begitu aja di
tangan. Intinya itu tai wedhus dan daun padi diaduk, dicampur. Usai
dirasa telah menyatu antara keduanya, usap-usapkan campuran itu ke bibir wedhus.
Ingat, secara merata. Hingga tiada sesenti pun bibir wedhus yang tidak
diusap.
Terereeeeeng. Selesai sudah.
Insya Allah, dengan aroma tainya sendiri
yang bercampur dengan aroma daun padi, wedhus itu enggak akan doyan
tanaman padi. Kalaupun masih doyan, itu bukan salah saya ya. Mungkin wedhus
Anda terlalu rakus. Wkwkwk.
Salam wedhus!
*Penulis adalah Bocah
Angon yang lagi Sekolah S2
No comments:
Post a Comment