Wednesday, 27 March 2019

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN


POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN
(Bagian I)

Wednesday, 13 March 2019

PMII CIREBON DALAM TEROPONG SEJARAH


PMII CIREBON DALAM TEROPONG SEJARAH
Oleh : Fathurrohman
(Koleksi Foto Pribadi)

1    USIA YANG SUDAH MENUA
Secara historis sudah tidak terbantahkan lagi bahwa PMII Cirebon merupakan salah satu Cabang PMII yang usianya sudah sangat renta, sebab kelahiran PMII Cirebon tidak terlampau jauh dari kelahiran PMII secara Nasional hanya terpaut hitungan Bulan saja, PMII Cirebon lahir di tahun yang sama dengan dideklarasikannya PMII Nasional yakni 1960, seperti yang penulis kutip dari Halaman Kompas tulisan Sahabat Ayub Al-ansori mengatakan PMII Cirebon kelahirannya digagas oleh Sahabat Maksudi Yusuf (Plered Cirebon), Sahabat Suaeb Sumpeno (Cirebon), Sahabat Umar Labib Irfan (Klayan Cirebon), Sahabat Ahmad Sayuti Hasan (Kebon Baru Cirebon), Sahabat Ahmad Syahari Muchsin (Kebon Baru Cirebon), Sahabat Kistiharno (KS Tubun Cirebon), dan Sahabat Ibrohim Rozy (Plered Cirebon). Kemudian setelah terbentuk ketua pertamanya adalah Sahabat H. Umar Labib Irfan dari tahun 1960 sampai dengan 1965, yang kemudian digantikan oleh Sahabat Ahmad Syahari Muchsin pada tahun 1966.
Dalam masa-masa awal pembentukan sampai dengan sekitar tahun 1996 PMII Cirebon mengalami peningkatan Kader dan progresifitas Pergerakan yang signifikan, dibuktikan dengan Kader-kader PMII yang mampu membuktikan dirinya berhasil dalam setiap bidang yang digelutinya, seperti H. Ahmad Syahari Muchsin yang menjadi anggota DPRD Cirebon tidak lama setelah menjadi Ketua Cabang Cirebon, KH Affandi Mochtar yang menjadi Sekretaris Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI dan Menjadi Sekretaris MABIMNAS PMII, Sholahuddin Kafrawi menjadi PCINU Amerika Serikat, KH. Wawan Arwani yang menjadi Rais Syuriah PCNU Kab. Cirebon, Prof. Jamali yang menjadi Direktur Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. KH. Ilman Nafi’a yang sudah menjadi Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Septi Gumiandari menjadi Ketua Penjamin Mutu Akademik IAIN Syekh Nurjati Cirebon atau Sahabat Sulhan yang kini Menjadi Dosen UIN Bandung. Artinya mantan Ketua Cabang Cirebon Mampu membuktikan dirinya bisa bersaing di kancah Lokal maupun Nasional sehingga ini merefleksikan bahwa PMII Cirebon betul-betul menjadi kawah candradimuka bagi kader-kader pergerakan.


2    GAGASAN DAN REKOMENDASI IDEAL PMII
Pada tahun 1998 Mahasiswa dengan kompak dan diberkati oleh Tuhan yang maha kuasa mampu menggulingkan Rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 Tahun. Prestasi yang gemilang ini tentu saja tidak lepas dari sumbangsih kader-kader PMII yang sangat Heroik pada momentum tersebut. Sehingga PMII memberikan Rekomendasi-rekomendasi untuk ikut serta membangun terwujudnya Negara sesuai apa yang dicita-citakan bersama.
Dalam Ranah Politik, Hukum, Ekonomi, Agama dan Gender PMII punya Rekomendasi untuk Masyarakat dan Pemangku Kebijakan :
a.    Mendorong adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sanksi pidana terhadap elit-elit politik yang terbukti melakukan money politic dalam memperoleh kekuasaan.
b.    Mendesak pemerintah untuk membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaporan anggaran partai politik
c.    Menyelamatkan demokrasi Indonesia dari berbagai praktek kotor politikus
d.    Menetapkan hukuman mati bagi para koruptor
e.    Menegaskan kembali tentang kedudukan, peran dan fungsi hukum sebagai dasar sekaliogus patokan (pedoman) dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
f.     Penegasan supermasi hukum yang tegas bagi pejabat maupun pengusaha yang kebijakan dan perilakunya bertentangan dengan hukum
g.    Pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan
h.    Mendesak pemerintah untuk mencapai swasembada pangan
i.      Menyelenggarakan pemerintahan yang bervisi keadilan Gender (gender mainstriming) dan meningkatkan kedudukan serta peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara nasional
j.      Mengajak masyarakat beragama untuk tidak menciptakan sentiment dalam beragama yang mengarah pada konflik secara komunal
k.    Mengajak pada pemerintah untuk mendeteksi dan menindak tegas penyebaran pemahaman keagaan ekstrem di sekolah-sekolah atau kampus-kampus baik secara formal ataupun non formal
l.      Menghentikan dikotomi pendidikan pesantren dan pendidikan nasional untuk pembangunan pendidikan yang berwawasan dan berkarakter ke-Indonesiaan.

3    KATAK DALAM TEMPURUNG
Secara Nasional PMII Menorehkan Prestasi yang sangat luar biasa, PMII mampu memposisikan dirinya sebagai Aset Bangsa yang sangat berharga tanpa merusak hubungan dengan Inangnya yakni Nahdlatul Ulama, bahkan banyak juga jebolan PMII yang ikut serta dalam meneruskan perjuangan para Ulama dalam tubuh NU itu sendiri. Prestasi yang ditorehkan PMII tentu saja bukan tanpa sebab, hal ini tentu merupakan hasil ikhtiar Sahabat-sahabat terdahulu yang betul-betul berjuang untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan PMII.
Anehnya hari ini dengan prestasi PMII yang sudah sedemikian rupa, PMII Cirebon justru hanya hanya berdiam diri dalam kemajuan Zaman yang kian santer menggembor-gemborkan perubahan. Dari aspek kaderisasi PMII Cirebon memang mengalami lonjakan yang luar biasa jumlahnya, bayangkan saja dalam satu tahun PMII Cirebon mampu menjaring anggota baru sampai dengan 855 anggota, sungguh angka yang luar biasa. Namun kuantitas keanggotaan PMII justru berbanding terbalik dengan Kualitas kader-kadernya. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kader PMII yang ikut serta dalam mengawal perubahan baik dalam internal kampus maupun dalam menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah, ironisnya hal tersebut terjadi akibat ketidak mampuan kader PMII untuk mengawal Perubahan.
Tercatat dalam Periode ini saja 2017-2019 (samapai tulisan ini dibuat) PMII Cirebon tidak melakukan pendampingan apapun kecuali issue nasional yang mana itupun interuksi dari PB dan PKC PMII tentang penolakan RUU MD3, bagi penulis ini merupakan sauatu kemunduran.
Hari ini PMII Cirebon justru bukan lagi menjagi Kawah Candradimuka untuk menempa pribadi yang berkualitas, melainkan hanya sebagai sarana silaturrohim dan wadah temu kangen dalam hangatnya ikatan kekeluargaan bagi kader-kadernya, tanpa memunculkan suatu formula yang bermanfaat bagi kemajuan dan perubahan. Sebut saja ketika dimana-mana sedang ramai membahas Revolusi Industri 4.0, PMII Cirebon justru masih berkutat pada konflik internal yang tidak berkesudahan dan justru menelanjangi PMII Cirebon sendiri. Atau ketika PB PMII sudah membahas dan mencanangkan PMII go Internasional (Bahkan sampai sudah terlaksana), PMII Cirebon justru masih meributkan Rekomendasi-rekomendasi kegiatan dan persyaratan pengajuan SK yang kemudian dijadikan sebagai ajang permusuhan, sekali lagi ini merupakan suatu kemunduran.
Penulis pernah membaca Hasil muspimnas PMII tahun 2012, disitu dibahas tentang Poros Ekonomi duania yang akan bergeser dari Barat ke Timur, dibuktikan dengan dibentuknya Aliansi atau Organisasi Kerjasama negara-negara yang kemudian melahirkan Organisasi BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina dan South Africa). BRICS yang awalnya berdiri untuk mengimbangi Ekonomi Barat kemudian bergeser atau lebih tepatnya berkembang menjadi Organisasi yang mampu menjaga perdamaian Dunia, sebab Negara-negara BRICS secara Ekonomi mampu untuk menjadi kekuatan Ekonomi Dunia, bahkan Cina sendiri disebut-sebut sebagai Potential Super Power satu tingkat dibawah Amerika. Hal ini sudah dibahas semenjak tahun 2012 oleh PB PMII, lalu bagaimana dengan PMII Cirebon sendiri?

4    Faktor kemunduran
Seperti Hukum kausalitas kata orang-orang ‘ada sebab ada akibat’, terjadinya keadaan yang demikian (Kemunduran) bagi PMII Cirebon tentu saja banyak factor yang jadi penyebabnya. Diantaranya adalah :
a.    Kepentingan bukan untuk kemajuan
Dalam tubuh PMII Cirebon muncul berbagai macam kepentingan yang menyeret kader-kader untuk ikut masuk didalam berbagai macam kepentingan tersebut, ada yang menginginkan PMII Cirebon sebagai Wadah untuk Gerbong Politik Praktis, ada yang menginginkan PMII Cirebon menjadi Organisasi yang konsisten Merawat Ideologi Ahlussunnah wal jamaa’ah, ada pula yang menginginkan PMII Cirebon tetap menjadi Kawah Candradimuka untuk menggembleng nilai kritis dan Intelektual Kader PMII Cirebon.
b.    Miskomunikasi
Sudah lumrah dalam suatu Organisasi terjadi Miskomunikasi, namun Miskomunikasi antar lembaga, alumni atau antar structural dalam tubuh PMII Cirebon mengakibatkan Proses kaderisasi terhambat dan justru memicu konflik internal yang mengarah pada perpecahan (sedih memang kalo diceritakan mah).
c.    Sosok Pemimpin
Dalam PMII maksudnya adalah ketua, Mau tidak mau sosok pemimpin juga adalah salah satu yang menjadi factor PMII Cirebon mengalami suatu kemunduran, terlepas bagaimana cara dia memimpin yang jelas suatu kemunduran atau kemajuan PMII Cirebon tergantung bagaimana seorang pemimpin menahkodainya, sehingga wajar apabila seorang ketua dipilih melalui serangkaian tes kelayakan, hal tersebut tentu saja untuk bisa menghasilkan pemimpin yang baik.
Masih banyak factor yang mempengaruhi kenapa PMII Cirebon mengalami kemunduran, penulis hanya berusaha mencatat sebagian besarnya saja, hanya untuk sebagai bahan diskusi bersama agar kita mampu menjadikan PMII Cirebon lebih Progres dan lebih siap untuk menghadapi suatu perubahan dan kemajuan. Sebab hari ini PMII Cirebon telah banyak kehilangan ruang-ruang diskusi untuk bisa menghasilkan suatu gagasan yang Brilian atau untuk bisa menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kritis. PMII Cirebon hari ini telah kehilangan pijakan Historisnya.
Selanjutnya penulis memohon maaf apabila banyak terdapat sesuatu yang menyakiti pembaca, sebab tidak ada sedikitpun niatan untuk menyakiti kader-kader PMII Cirebon apalagi para pendahulu dan Sahabat-sahabat Senior yang sudaah bersusah payah untuk bisa menjadikan PMII Cirebon sebagai Kawah Candradimuka bagi kami semua. Sekali lagi tanpa bermaksud untuk menyakiti ataupun merendahkan siapapun apalagi ada tendensi kepentingan pada pihak tertentu, ini hanya ikhtiar penulis dalam memajukan PMII Cirebon, untuk bisa mengembalika Eka Citra diri PMII.

Sumber Tulisan :
2.    Haramain, Malik, 2000, PMII Di Simpang Jalan, Pustaka Pelajar
3.    Data Base Kaderisasi PC PMII Cirebon 2017-2018
4.    Hasil MUSPIMNAS PMII 2012

Thursday, 29 November 2018

PSSI BISA APA?


PSSI BISA APA?
Oleh : Fathur*


Sepak bola adalah olahraga yang hampir diminati kebanyakan orang di hampir setiap Negara, tidak terkecuali Indonesia. Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, sepak bola menjadi olahraga yang sangat bergengsi dan juga sebagai salah satu sarana untuk bisa mengharumkan bangsa dan negara, agar bisa bersaing dengan Negara-negara lainnya.
Sepak bola Indonesia dalam perjalanannya banyak melalui aral yang melintang, drama-drama dalam setiap pertandingan sepak bola, sampai dengan menejerial organisasi dalam pengurus-pengurus sepak bola tanah air, dari KONI sampai dengan PSSI.
Bahkan muncul dagelan istilah ‘Sepak Bola Gajah’ yang berarti para pemainnya sengaja mengalah agar tidak memenangkan pertandingan. Aneh bukan? Dalam setiap pertandingan setiap tim pasti menginginkan kemenangan, tapi dalam sepak bola gajah justru setiap tim berlomba-lomba untuk kalah. Contohnya adalah ketika piala tiger 1998 Indonesia vs Thailand, bukannya berlomba-lomba untuk bisa menang tapi malah berlomba-lomba kalah agar tidak bertemu dengan Vietnam waktu itu selaku tuan rumah dan dianggap begitu menakutkan.
Istilah ‘sepak bola gajah’ di Indonesia itu untuk istilah para Bandar judi yang melakukan pengaturan skor dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kompetisi sepak bola Indonesia. Seharusnya setiap klub barmain untuk menang tapi justru bermain untuk kalah, adanya gol-gol bunuh diri yang dilakukan oleh para pemain, seperti yang terjadi ketika pertandingan antara PSS Sleman kontra Madura FC.
Bagi kita-kita masyarakat biasa yang hanya tau luarannya saja, ini tamparan keras dan seolah menjadi sebuah bom yang menjadi virus yang sedikit demi sedikit mengikis dan menggrogoti asa setiap suporter yang sudah menjadikan timnas Indonesia sebagai jiwa raganya.
Kebobrokan system sepak bola Indonesia memang menjadi rahasi umum bagi masyarakat dan pemain-pemain Bola Indonesia, hanya saja kami sebagai masyarakat tidak pernah berfikir sampai dengan sejauh itu, kami kira hanya sebatas ketidak tranparan soal keuangan yang ada di PSSI seperti yang dikatakan oleh Tommy Apeantono ASPROV PSSI Jawa Barat, tapi ternyata lebih dari itu banyak oknum yang ikut bermain dalam judi dan pengaturan skor dalam kompetisi sepak bola Indonesia.
Kalo sahabat andon nonton Program Mata Najwa sore tadi, maka semakin terlihat fakta-fakta kebobrokkan yang terjadi dalam kompetisi Sepak Bola Indonesia, bahkan dikatakan salah satu Nara Sumber pengaturan skor juga pernah melibatkan Timnas Indonesia. Betapa sedihnya seluruh supporter Indonesia yang menonton program tersebut. ‘Remuk Ajur’ rasanya mendengar hal tersebut, bagaimana tidak? Para atlet yang berjuanag keras dan mati-matian untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara justru malah diciderai dengan hal-hal semacam itu.
Santernya issue yang menimpa sepak bola Indonesia dari mulai kegagalan timnas di AFF sampai dengan perhatian Ketua PSSI yang terbagi akibat menjadi Gubernur Sumatra Utara, menjadi perhatian setiap kalangan tak terkecuali Kementrian Penuda dan Olahraga sendiri.
Pengaturan pertandingan atau yang biasa disebut ‘Match fixing’ sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sangat merugikan bagi dunia dan prestasi sepak bola Indonesia. Istilah ini sebenarnya sudah lama dikenal dalam dunia olahraga, namun dewasa ini sudah banyak sekali jenis ‘match fixing’.
Dikutip dari laman www.mainbasket.com menurut kementrian budaya Norwegia, ada tiga jenis manipulasi atau kecurangan dalam pertandingan. Pertama adalah ‘match fixing’ yaitu aktifitas yang melibatkan seluruh tim atau sebagian yang sengaja dibayar untuk mengalah, seperti dalam pertandingan sepak bola.
Kedua adalah ‘spot fixing’  yaitu pengaturan pertandingan pada saat-saat tertentu ketika pertandingan berjalan, tanpa mempengaruhi hasil akhir. Contohnya dalam pertandingan sepak bola, wasit menganggap pelanggaran biasa namun dianggap pelanggaran serius sehingga mengakibatkan tendangan pinalti.
Ketiga adalah ‘point shaving’ yaitu melibatkan skor, tetapi bukan merupakan hasil akhir. Misalnya dalam sebuah pertandingan Bolaq basket, sebuah tim dibayar untuk menahan perolehan poin lawan agar margin tidak lebih dari 10 poin dalam bola basket.
Bagi kami terlepas apapun itu istilahnya pertandingan yang sportif adalah pertandingan yang kami impikan dan kami harapkan, menang ataupun kalah itu sudah biasa, tapi kalau sudah ada kecurangan maka itu adalah hal yang tidak bisa dimaafkan bagi siapapun juga. Terutama bagi orang-orang yang terlibat dalam kompetisi olahraga. Seperti atletnya, pelatihnya atau siapapun yang terlibat didalamnya.
Semoga ‘match fixing’ tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi Olahraga indonesi khususnya dalam sepak bola, Sebagai penutup meminjam kata-kata Mba Najwa Syihab “PSSI dan prestasi macam dua ujung yang sulit bertemu, karena trofi hanya untuk federasi yang bermutu”


Salam dari Tjirebon
*penulis adalah bocah muridnya bocah angon

Wednesday, 14 November 2018

HTI DAN POLITIK SONTOLOYO


HTI DAN POLITIK SONTOLOYO
Oleh : Fathur*


“yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaa”
(Gus dur)
Momentum pemilihan kepala daerah dari mulai kepala desa sampai dengan kepala Negara selalu saja menjadi momentum yang menggegerkan manusia dari yang muda sampai dengan yang tua, dari mulai tukang becak sampai dengan pengangguran.
Perpolitikan Indonesia sekarang ini memasuki suasana yang agak memanas, pasalnya kurang lebih 4-5 Bulan lagi, Indonesia akan melakukan pesta rakyat yang paling besar, yakni Pemilihan Presiden yang calonnya lagi-lagi hanya dua paslon saja.
Dalam jangka waktu yang relatif dekat dalam Pilpres banyak sekali sesuatu yang ‘ujug-ujug’ menarik untuk menjadi sorotan masyarakat Indonesia, seperti halnya istilah “Politik sontoloyo” dan “politik Genderuwo” yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo dalam beberapa Pidatonya.
Menurut Beliau Politik Sontoloyo itu disematkan pada Politisi-Politisi yang dalam Proses politik melakukan segala sesuatu yang Cenderung tidak sehat, tujuannya adalah untuk bisa menyerang lawan politiknya dan untuk mencapai tujuang yang diingininya.  
Di masyarakat “Politik Sontoloyo” itu akan bisa kita lihat secara langsung, contohnya seperti munculnya Politik identitas yang selalu dikampayekan oleh Ormas Islam semacam FPI, MIUMI, MMI dan HTI (sudah dibubarkan). Dengan dalih banyaknya kesenjangan yang terlalu jauh dalam lapisan Masyarakat (terutama Ekonomi), seperti halnya kemiskinan yang ada dimana-mana itu disebabkan pemimpin yang korup dan aturan yang tidak jelas dan tegas dalam menangani sebuah kesalahan dalam system pemerintahan.
Mereka menginginkan adanya sebuah system Islam yang mana segala sesuatunya diatur secara Islami (Syariah). Dalam contoh yang lain semakin banyaknya masyarakat mempertajam perbedaan antara Islam dan Non Islam. Hal demikian bisa kita lihat seperti dalam Pakaian, Makanan, Waralaba, tempat tinggal dan yang lain sebagainya disematkan Label Islam.
Jadi sudah tidak aneh apabila dalam partai Politikpun disematkan Label Islam, sehingga mereka secara langsung sudah mewartakan pada seluruh masyarakat untuk membedakan antara Partai Islam dan partai yang non Islam.


Bagi saya wajahnya islampun belum tentu di dalamnya memang benar islam, sebab berbicara partai politik ujungnya tetap saja untuk kepentingan golongan atau orang-orang tertentu yang terlibat didalamnya, contohnya saja FPI yang mengaku Ormas paling Islam, pimpinan tertingginya malah kesandung kasus Pornografi dengan anggotanya sendiri, Ironi bukan?
Dalam contoh yang lain sewaktu ada kasus pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid yang bagi saya itu adalah bendera HTI, hampir disetiap daerah menggelar acara protes dalam bentuk Demonstrasi. Salah satunya di Kota Cirebon, saya akan sedikit bercerita sewaktu demo tersebut berlangsung.
Waktu aksi “Bela tauhid”  di Kota Cirebon digelar di Alun-alun Kejaksan depan Masjid At-taqwa Kota Cirebon dan dilakukan Ba’da duhur, saya datang bersama kawan-kawan saya untuk melihat, diantaranya 2 orang perempuan. Karena saya butuh Informasi untuk kebutuhan Pers Kampus, maka saya meminta Bantuan kepada kawan-kawan saya untuk membaur dalam masa aksi, saya dan kawan saya yang laki-laki membaur pada masa aksi laki-laki sedang dua orang kawan perempuan saya membaur dengan peserta aksi perempuan.
Sewaktu saya melakukan wawancara dengan beberapa peserta aksi tiba-tiba, ada peserta aksi dedekat saya yang terus memandangi kawan perempuan saya, kemudian tiba-tiba saja dia nyletuk pada temannya yang sedang saya wawancarai “Duh Cantik banget ya cewe itu, panas-panas gini kayanya enak minum Susunya dia” saya sontak kaget dan mendekati peserta aksi itu, “itu kawanku bang, mau tak kenalin?” saya bilang padanya sambil tersenyum, dia salah tingkah dan hanya diam saja. Sebuah Ironi dalam aksi bela Kalimat tauhid katanya, malah begitu didalamnya.
Apalagi orasi-orasi yang ada dalam aksi tersebut banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar seperti halnya “Pemerintah bajingan, pemerintah bangsat” sungguh sangat tidak pantas bukan? Silahkan Nilai sendiri.
Dalam momentum Pilpres ini kita dipaksa untuk memutar kembali cerita tentang penangkapan Ahok yang telah divonis menistakan Agama Islam lewat komentarnya terkait Surat Al-maidah, silahkan kawan-kawan lihat sendiri yang katanya bela islam tetap saja kan motifnya adalah kursi Gubernur DKI Jakarta. Sekarang polarisasi Gerakan yang dilakukan oleh mereka hampir sama yakni menggunakan Agama Sebagai Alat untuk bisa mendongkrak suara, sehingga mereka bisa mendapatkan Singgasana Kekuasaan.
Nah kawan-kawan, terlepas daripada itu semua mari kita bersama-sama berfikir dan menyaring setiap hal yang datang pada kita, sebab hari ini kita tengah berada dalam pusaran kepentingan dari berbagai pihak, baik itu yang bernafas Nasionalis, Demokratis ataupun Islamis. Tapi bukan juga untuk menutup mata terhadap Politik, sebab kalo kita tidak ikut berkontribusi dalam kontestasi Politik maka kita jangan harap bahwa kita akan bisa ikut berkontribusi untuk perubahan Bangsa yang lebih baik.
Meminjam Kata-kata dari Nusron Wahid yakni “Kalo orang benar mengalah, maka jangan kaget apabila orang gila yang menang dan berkuasa” maka kurang lebih kitapun harus ikut dalam menjaga stabilitas dan kemajuan NKRI. Demikian semoga bermanfaat.

*Penulis adalah bocah yang menjadi muridnya bocah angon

Saturday, 10 November 2018

SEBUAH ELMU; TUTORIAL AGAR WEDHUS ENGGAK DOYAN TANAMAN PADI


SEBUAH ELMU; TUTORIAL AGAR WEDHUS ENGGAK DOYAN TANAMAN PADI
Oleh: Mutho AW*


Mula-mula, saya mau minta maaf apabila tulisan ini tidak kekinian, tidak millenialable. Tapi, saya mikir-mikir ada pentingnya juga saya menulis tutorial ini. Ada beberapa alasan mengapa saya menulis tutorial ini.
Pertama, dengan tulisan ini setidaknya pengakuan diri kalau saya ini mantan bocah angon bisa lebih kuat dan jejeg. Kedua, saya yakin masih ada bocah angon di era yang serba modern teknologis ini. Di pesantren saya dulu, pemulung saja punya hape bagus, apalagi bocah angon. Insya Allah mereka bisa mengakses tulisan ini dan saya yakin 200,2% bermanfaat untuk mereka, amin. Ketiga, menulis ini bak jatuh cinta pada pandangan pertama, saya nulis ngalir saja, seperti tetesan embun turun dari lubang hidung.
Okela, pak-bapak bu-ibu, sodara-sodari, perlu diketahui bahwa salah satu ujian (ingat ujian, bukan azab!) seorang bocah angon wedhus adalah kerumunan tanaman padi yang berjajar di pinggiran jalan tempat wedhus lewat, atau pesawahan dekat tempat angon. Mengapa ini ujian? Ya sebab itu bukan makanan wedhus, padi itu modal makan manusia. Teteww!
Engga-engga. Maksud saya jika wedhus kita (kita? Ya anggap saja kita ini bocah angon) memakan tanaman padi, ini berabe bin bahaya. Bukan sebab wedhus kita akan keracunan atau tiba-tiba wedhus kita bisa berteriak “takbiiir!”, bukan, bukan itu. Menurut Waduloh tetangga saya plus maskot saya punya kampung, jika wedhus kita sampai memakan tanaman padi, itu artinya kita belumlah menjadi bocah angon yang profesional. Dan tentu hal tersebut akan memancing amuk si pemilik tanaman padi. Bisa-bisa wedhus kita dihantam oleh hoax, lha, dihantam menggunakan sepilar kayu. Kan kesian.
Dulu banget, semasa masih angon wedhus saya sempat heran lha kok bisa wedhus-wedhus milik teman saya sama sekali tidak doyan tanaman padi. Sampai-sampai wedhus teman saya lewat pematang sawah pun aman-aman saja alias tak ada pucuk daun padi yang temakan pun. Ajib memang. Ternyata eh usut punya usut, teman saya memiliki elmu turunan dari orangtuanya. Hmmm. Saya penasaran kan. Anda juga?
Rasa penasaran dan kepengin menyeret saya untuk langsung tanpa grasa-grusu bertanya pada teman saya itu.
“Mid, apa gerangan yang membikin engkau punya wedhus tidaklah doyan tanaman padi?”
“Oh, ho ho hohuwow. Apa hak Anda menanyakan itu?”
“Ellaaaaa. Mid, engkau dan saya adalah teman, ingat, kita adalah teman.”
“Ohiya, lupa. Qiqiqiqi. Jadi gini ... bla bla bla.”
Nah, saya namai elmu  dari si Takmid yang saya jadikan tutorial ini “elmu wedhus mingkem cangkem”.
Pada prinsipnya elmu wedhus mingkem cangkem tidak perlu ditirakati dan dipuasai. Ini elmu cukup diamalkan dengan hati-hati dan penuh keberanian mental dan spiritual. Ini tidak baik dipraktikkan oleh seorang berpenyakitan jantung atau ibu-ibu hamil, juga bagi Anda yang tidak punya wedhus dan enggan pinjam wedhus.
Perhatikan step by step di bawah ini dengan seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja!
1.    Siapkan wedhus yang paling doyan tanaman padi
Oke, tentu yang pertama yang harus diperhatikan adalah memilih dan memilah wedhus. Utamakan dulu wedhus yang paling doyang tanaman padi. Jika Anda tidak punya wedhus, ya bisa pinjam atau beli. Banyak kok di tukang ternak. Oke?
2.    Anda cangcang (ikat) wedhus yang sudah berada di pelukan Anda
Kedua, agar wedhus yang sudah Anda pilih itu tidak kabur kemudian teriak-teriak di jalanan, maka perlu untuk dicangcang atau diikat. Ini juga bisa dilakukan dengan cara leher si wedhus diapit oleh kedua paha Anda. Tapi, nggak deh, diiket aja. Soalnya entar membutuhkan pemeran tambahan.
3.    Jangan lupa siapkan daun padi dan tai wedhus yang masih anget baru jebrol
Nah iya, lupa. Harusnya ini ditulis di muka. Tapi enggak apa-apa deh. Sekarang silakan ambil daun padi secukupnya dan tai wedhus yang masih angetan. Jika Anda jijik bisa sewa tetangga atau saudara Anda.
4.    Ini step terakhir yang keempat
Setelah Anda peroleh daun padi dan tai wedhus angetan itu, campurlah keduanya. Dulu sih, saya tak aduk-aduk begitu aja di tangan. Intinya itu tai wedhus dan daun padi diaduk, dicampur. Usai dirasa telah menyatu antara keduanya, usap-usapkan campuran itu ke bibir wedhus. Ingat, secara merata. Hingga tiada sesenti pun bibir wedhus yang tidak diusap.
Terereeeeeng. Selesai sudah.
Insya Allah, dengan aroma tainya sendiri yang bercampur dengan aroma daun padi, wedhus itu enggak akan doyan tanaman padi. Kalaupun masih doyan, itu bukan salah saya ya. Mungkin wedhus Anda terlalu rakus. Wkwkwk.
Salam wedhus!
*Penulis adalah Bocah Angon yang lagi Sekolah S2


APA PERBEDAAN ANTARA KECEBONG DAN KAMPRET?


APA PERBEDAAN ANTARA KECEBONG DAN KAMPRET?
Oleh: Mutho AW*

http://pontianak.tribunnews.com/2018/07/11/hentikan-sebutan-kecebong-kampret


Apa yang akan Anda lakukan jika ada teman nanyain hasil dari dua tambah dua? Apa Anda akan menjawabnya? Anda akan ngakak sambil menendang teman itu? Atau Anda akan memilih respon unik sendiri yang tentu akan sangat sulit saya tuliskan sekarang sebab Anda telat menjawabnya atau saya keburu nulis duluan?
Terserah Anda mau menanggapi seperti apa. Tapi, kalau Anda menjawabnya dengan bilang “dua”, saya bisa memastikan Anda termasuk orang-orang yang kurang ngaca. Anda kurang melakukan refleksi diri, meditasi, merenung, ngasah akal sehat, dan segala daya upaya yang bertujuan untuk mengajegkan diri kalau Anda itu manusia waras. Eh maaf, tidak bermaksud. Ini hanya kesengajaan yang diakui.
Begini, Saudara-saudara, Handai-taulan, Dulur-batur budiman sekalian. Setelah sekian lama saya berlayar, berenang, dan menyelam di lautan media sosial, saya punya asumsi kalau sebagian besar dari kita ini kurang memiliki kepekaan menangkap fenomena atau realitas-konteks yang tangguh. Semisal pertanyaan di atas. Jika Anda mahasiswa, yang nanya mahasiswa, masa mau dijawab? wkwkwk. Bisa saja pertanyaan itu tujuannya ngece, yakan? Kecuali itu, yang nanya orok yang baru mbrojol.
Ada premis begini;
“Segala hal itu tidak terlepas dari konteks yang dipergokinya.”
Pun juga redaksi hadits atau wahyu gusti Alloh yang diturunkan kepada kanjeng Nabi. Contohnya, hadits tentang larangan melukis atau membuat patung. Anda-anda pernah dengar kan? Nah, menurut guru Ngaji saya, konteks dari hadits tersebut sebab kekhawatiran Nabi akan disembahnya lukisan makhluk hidup atau patung yang dibuat. Sebab, pada masa itu orang-orang Arab sana masih banyak yang menyembah berhala. So-jadi, jika konteksnya hari ini? Kayaknya enggak deh. Makanya, sekarang-sekarang banyak tuh santri yang jadi pelukis atau pemahat patung. Teman saya juga ada, namanya Kang Dayat. Mau kenalan?

http://rfwahyudi.blogspot.com/2017/12/menghewankan-manusia.html

Ketangguhan menatap dan menilai konteks, tentu ini berbanding lurus dengan ketajaman dan kejernihan akal sehat. Nahlo, bagaimana akal sehat mau tajam dan jernih sedang sajian medsos yang memang ruang paling besar dan ramai dibanding ruang hidup lain isinya itu hoax melulu? Dan dungunya sebagian besar dari kita itu auto percaya, auto share. Sungguh peradaban yang mundur di tengah kebanggaan akan modernism dan kemajuan teknologi. Masyarakaaaaat!
Negara lain sudah mahir bikin pesawat, silet, jarum jahit karung padi, berdebat soal efisiensi fisika nuklir, bangsa kita masih ribut dan rajin produksi dan menyebarkan hoaks. Weka-weka-weka. Negara lain sudah membikin tentara robo-automathic, kita masih sibuk ngurusin “ini ada dalilnya enggak?”, “eh itu kan enggak diajarin oleh Nabi!”. Lhadhalaah.
Sebab hoaks juga ujaran kebencian yang, naas memang jadi generasi sekarang, auto diamini lalu didakwahkan sebab datang dari kelompoknya yang diyakini sebagai “paling nyurga”, sebagian besar dari kita sangat mudah sekali mencaci, memberikan air garam pada borok sesama bangsanya, mengejek Kiai-Ulama; kita jadi bangsa gampangan, kurang punya kewolesan analisis. Kita gampang baper, gampang sewot, gampang mbentak-mbentak, sampai-sampai nama gusti Alloh jadi simbol bentakan; takbiiir!
Yang paling lucu, bagi saya, ada seorang turunan khabieb yang oleh sebab beda pandangan politik juga mungkin rasa benci yang mensumsum-kulit, sampai melakukan propaganda kalaupun wakil dari pak Jokowi itu adalah malaikat sekalipun jangan sampai dipilih. Mungkin sudah masuk kategori “haram” memilih pak Jokowi. Ckckck. Bagi saya ini lucu. Untung enggak ada pasal penistaan malaikat. Untung deh ya. Kalaupun ada, saya sih enggak bakalan tuh ngelaporin antum, bieeb. Sayah mah woles orangnya. Sayah mah cerdas. Aih!
Wahiya, apa perbedaan antara kecebong dan kampret?


*Penulis adalah Bocah Angon yang lagi Sekolah S2


Thursday, 8 November 2018

WALI SONGO : STRATEGI DALAM PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARA


Oleh : Muhammad Surya (uya)

Sejarawan Mc Ricklefs menyatakatan, bahwa ; "Pada sejarah Indonesia modern 1200 - 2008 ia menegaskan bahwa penyebaran Islam salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, tapi juga paling tidak jelas.

Menurut Ricklefs, sejarah perkembangan Islam di Indonesia menjadi sangat penting dalam perkembangan sejarah di Indonesia.

Ricklefs lahir tahun 1943 di Australia, ia memiliki otoritas pada sejarah Jawa dan Nusantara pada tahun 1600 - 1900 an, sehingga ia paham betul tentang penyebaran Islam di Nusantara. 

Memang sangat menarik ketika kita kilas balik pada kehidupan zaman dulu. Buktinya sejarah itu ada, bahwa dulu ada kehidupan sebelum kehidupan sekarang.

Sang proklamatorpun selalu mengingatkan kepada para pemuda untuk tidak melupaka sejarah, dengan slogannya Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah), itulah ciri khas Bung Karno bapak bangsa kita.

Kemerdekaan Indonesia tak lepas dari sejarah penyebaran islam di Nusantara. Meskipun tidak jelas, kata Ricklefs. Kenapa bisa disebut tidak jelas? Karena, penyebaran islam sedari dulu memang sudah ada, dilakukan pada tahun 674 M, yang pada waktu itu kerajaan Kalingga telah kehadiran para saudagar dari Arab yang sudah memasuki wilayah Nusantara.

Penyebaran islam di Nusantara di dasari oleh hadist Nabi Muhammad Saw, yang berbunyi ; "Ballighu anni walau ayatan" artinya ; sampaikan apa yang dari aku walaupun satu ayat. Sehingga hadist tersebut sangat meyakinkan para saudagar Arab untuk menyebarkan islam di Nusantara.

Sedangkan menurut sejarawan Wheatly dalam Golden Khersones, jalur penghubung Arab dengan Nusantara jauh terbangun sebelum islam ada. Namun sejarah mencatat, sampai berabad-abad kemudian agama islam di Nusatara lebih banyak dianut oleh penduduk asing asal Cina, Arab dan Persia.


Para saudagar Arab selain berniaga di Nusantara, mereka juga bermaksud menyebarkan islam di Nusantara. 

Sehingga pada abad ke-13. Marcopolo kembali ke Cina lewat laut melalui Teluk Persia. Bahwa kapal yang ditumpanginya singgah di Negeri Perlak dan ia melihat ada tiga golongan masyarakat, yaitu masyarakat muslim Cina, Persia-Arab, serta penduduk pribumi yang masih memuja roh-roh. 

Catatan sejarahpun disebutkan, selama tujuhkalinya muhibah ke Nusantara juru tulis Cheng Ho mencatat bahwa ajaran Islam di Nusantara belum dianut oleh kalangan pribumi Nusantara.

Ma Huan yang mengikuti kunjungan Cheng Ho ketujuh pada tahun 1433 ia mencatat bahwa penduduk yang tinggal di sepanjang pantai utara Jawa terdiri atas tiga golongan, muslim Cina, Persia-Arab dan pribumi Nusantara yang masih kafir dan memuja roh-roh. Dalam berkunjungnya Cheng Ho ke Nusantara sejak tahun 674 M sampai dengan 1433 M, dalam retan waktu sekitar seribu tahun, agama Islam belum dianut secara umum oleh pribumi Nusantara.



Munculnya Wali Songo ...
Pada perempat akhir abad ke-15 hingga abad ke-16 muncullah Wali Songo sekumpulan penyebar Islam pada abad tersebut, dan menjadi tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara, dikatakan sebagai tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, dikarenakan kedatangan saudagar-saudagar Arab ke Nusantara pada tahun 674 M selain berniaga, bermaksud untuk menyebarkan Islam di Nusantara. 

Namun penyebaran Islam yang dilakukan oleh para saudagar Arab tidak serta merta diikuti oleh penduduk pribumi Nusantara dengan secara massif, sampai munculnya para penyebar Islam di Jawa dan Nusantara yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, yang makam-makamnya masih di hormati dan dijadikan tempat penziarahan oleh masyarakat Indonesia.

Hampir seribu tahun pribumi Nusantara belum menganut agama Islam secara menyeluruh, pribumi Nusantara kala itu masih memuja roh-roh dan tak beragama. Dengan secara perlahan Wali Songo mengislamkan pribumi Nusantara dengan strategi yang tak mengusik sedikitpun adat dan lingkungan sekitar masyarakat. Dalam dakwahnya Wali Songo menerapkan tiga strategi dakwah. Tiga starategi dakwah itu diterapkan kepada masyarkat dengan menyesuaikan lingkungan dan adat istiadat.




STRATEGI DAKWAH WALI SONGO
Sebelum menyebarkan Islam di Nusantara. Para wali sudah mengsistem strategi dengan secara matang. Strategi yang digunakan para wali tidak sembarang strategi, karena para wali tidak ingin mengusik tradisi Nusantara yang banyak keanekaragaman dan tradisi lama.

Para wali memperkenalkan Islam tidak secara instan, karena itu para wali merumuskan strategi jangka panjang. Tak masalah harus mengenalkan Islam ke anak-anak, karena mereka penerus masa depan bangsa ini.

Strategi yang dilakukan para wali mencocokan lingkungan masing-masing.

Ketika dipesantren. Para wali menerapkan strategi fiqhul ahkam. Strategi ini digunakan untuk mengenal dan menerapkan norma-norma keislaman dan mendalam agar mereka menjadi seorang muslim yang konsekuen. 

Namun ketika berada di lingkungan masyarakat. Para wali menerapkan strategi fiqhul dakwah. Strategi ini sangat penting diterapkan di kalangan masyarakat dan ajaran agama Islam diterapkan secara lentur serta menyesuaikan kondisi masyarakat dan tingkat pendidikannya. 

Selanjutnya strategi fiqhul hikmah. Strategi ini paling tinggi diantara kedua strategi sebelumnya. Dalam strategi ini, dimana ajarana Islam bisa diterima oleh semua kalangan termasuk diterima oleh kalangan rohaniwan Hindu dan Budha serta kepercayaan lainnya.

Selain tiga strategi itu. Masih ada strategi lainnya yang dilakukan oleh para wali. Strategi yang pertama tadrij (bertahap) tidak ada ajaran agama yang dilakukan secara spontan. 

Semuanya melalui proses, meskipun bertentangan dengan syariat agama, semacam meperbolehkan minum tuak, memakan daging babi, tapi ini hanya strategi. Strategi yang kedua adamul haraj (tidak menyakiti) para wali membawa Islam ke Nusantara dengan tidak mengusik agama mereka sebelumnya, dan tradisi adat mereka namun para wali memperkuat dengan secara Islami.

Hampir 90% masyarakat Nusantara di Islamkan oleh Waling Songo dengan cara tidak mengusik tradisi, agama dan kepercayaan lainnya. Pada akhirnya, hingga sekarang Nusantara atau nama lainnya Indonesia masih diisi oleh keanekaragaman, bahasa dan keyakinan (agama). Indonesia negara yang beragam agamanya, bahasanya, warana kulitnya, tradisinya.

Serta toleransilah yang diajarkan Wali Songo kepada para ulama dan penerus bangsa. Sehingga tak akan mudah beberapa oknum ormas yang ingin merubah sistem kenegaraan ini menjadi sistem negara yang islamiah, karena Indonesia negara yang beragam, dan mencintai sesama, tak ada perbedaan di negeri ini, kita semua sama, ya itu bangsa Indonesia. Wali Songo mengajarkan kepada para ulama dan santri serta masyarakat untuk saling menghormati bukan untuk saling membenci.

Sekian. Terimakasih.

***Penulis Adalah Pecinta Anime One Piece

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN