MENULIS
ITU MELAWAN
Oleh
Fathur*
“Tahukah
kau kenapa aku suka kau Minke? Karena kau menulis, Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi
sampai jauh, jauh dikemudian hari”
(Nyai
Ontosoroh Pada Minke)
Dalam
penggalan percakapan antara Nyai Ontosoroh dan Minke dalam Roman Bumi Manusia
Karya Pramoedya
Ananta Toer itu menjelaskan bahwa tulisan itu takkan mati, tak akan sirna ditelan zaman serta akan
menjadi abadi, kecuali memang sengaja dimatikan oleh oknum-oknum yang
mengingininya.
Selain
menjadi karya abadi tulisan juga menjadi sarana untuk berbagai macam kebutuhan
dan kepentingan, tapi bagiku menulis adalah melawan. Melawan pada kebodohan, kemalasan serta ketidakadilan.
Tapi mungkin bagi kawan-kawan tentu saja menulis memiliki arti lain yang lebih memiliki makna daripada
melawan, bagiku terserahlah yang penting tidak mengusik dan merugikanku.
Di era digitalisasi sekarang menulis adalah
hal lumrah yang oleh siapa saja bisa dilakukan dan bisa langsung dikonsumsi
oleh masyarakat luas. Bagaimana tidak? Sekarang banyak sekali media yang bisa membantu kita
untuk bisa menyebarkan tulisan kita pada khalayak luas, contohnya melalui
aplikasi facebook, twitter, blog dan lain sebagainya.
Ironisnya
kemajuan teknologi yang begitu pesat berbanding lurus dengan kerusuhan yang
ditimbulkan oleh media-media elektronik tersebut seperti penyebaran fitnah,
pencemaran nama baik, bullying dsb.
Namun,
apa yang mereka tuliskan di media-media itu hanyalah kata-kata yang tujuannya
hanya sekadar
eksistensi diri atau yang lebih parah malah digunakan untuk menyakiti orang
lain, tidak memberikan sebuah informasi ataupun suatu pengetahuan yang berarti. Terlebih lagi hal demikian terjadi di
lingkungan orang-orang yang terdidik. Sebuah ironi, bukan?
Terlepas
dari semua itu aku disini bukan untuk menghakimi atau semacamnya, tapi hanya
untuk bersama-sama belajar akan pentingnya menulis khususnya untuk generasi
muda dan kawan-kawan mahasiswa atau kaum terdidik lainnya.
Kata
Pram menulis adalah bekerja untuk keabadian, kawan-kawan pasti
sampai saat ini masih bisa merasakan kontribusi pemikiran-pemikiran dari Plato,
Sokrates, Bung karno, Gus Dur dsb. Kenapa sampai saat ini kita masih bisa merasakan kontribusi
dari pemikiran mereka? Sebab mereka menulis, kita bisa membaca dari karya yang dihasilkan
oleh mereka, dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh mereka atau tentang mereka
yang ditulis oleh orang lain.
Sebaliknya para tokoh yang tidak memiliki tulisan
justru akan mudah dilupakan seiring perkembangan zaman, tanpa buah karya
tulisan mereka sulit untuk kita mengenali pemikiran juga sosok mereka, sekadar
kata orang yang tentu saja akurasinya sangat dipertanyakan karena memori
ingatan seseorang itu lambat laun akan melemah.
Menulis untuk melawan sebuah pembodohan bagiku
adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh orang-orang yang
berpendidikan, sebab kalau bukan orang yang berpendidikan maka kepada siapa
lagi masyarakat akan bersandar.
Untuk
melakukan langkah kecil adalah tentu saja dengan banyak membaca buku,
memperbanyak referensi adalah modal utama kita untuk bisa menghasilkan sebuah
tulisan. Banyak orang pintar, rajin membaca namun jarang menulis. Mereka punya
banyak ilmu dan pengalaman, namun tidak pernah meneruskannya lewat tulisan. Hal ini sangat disayangkan, karena
apa yang mereka miliki hanya akan bermanfaat buat dirinya sendiri. Akan berbeda
halnya jika orang tersebut menuliskan apa-apa yang dia kuasai. Tentu dampaknya
akan lebih luas. Dia bisa membawa pengaruh dan manfaat kepada orang lain dan
akan terus berguna buat generasi selanjutnya.
Sekali
lagi menulis adalah salah satu upaya kita, ikhtiar kita untuk bisa memberikan
manfaat kepada sesama manusia, upaya untuk membantu mencerdaskan anak bangsa.
Terkesan dilebih-lebihkan memang, tapi bagiku begitulah adanya.
Bung
Karno menulis, Bung Hatta menulis, Gus Dur menulis, masih banyak tokoh-tokoh
bangsa lainnya yang memberikan kontribusi pemikirannya melalui tulisan, sehingga bisa dikonsumsi
oleh kita sampai dengan generasi selanjutnya.
Jadi
menulislah kawan, terlepas tulisanmu untuk kepentingan suatu golongan atau
dirimu sendiri atau kepentingan apapun. Yang penting kamu menulis saja dulu!
*Penulis adalah
Bocah yang menjadi muridnya Bocah Angon