Wednesday, 31 October 2018

MENULIS ITU MELAWAN


MENULIS ITU MELAWAN
Oleh Fathur*

“Tahukah kau kenapa aku suka kau Minke? Karena kau menulis, Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh dikemudian hari”
(Nyai Ontosoroh Pada Minke)


Dalam penggalan percakapan antara Nyai Ontosoroh dan Minke dalam Roman Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer itu menjelaskan bahwa tulisan itu takkan mati, tak akan sirna ditelan zaman serta akan menjadi abadi, kecuali memang sengaja dimatikan oleh oknum-oknum yang mengingininya.
Selain menjadi karya abadi tulisan juga menjadi sarana untuk berbagai macam kebutuhan dan kepentingan, tapi bagiku menulis adalah melawan. Melawan pada kebodohan, kemalasan serta ketidakadilan. Tapi mungkin bagi kawan-kawan tentu saja menulis memiliki arti lain yang lebih memiliki makna daripada melawan, bagiku terserahlah yang penting tidak mengusik dan merugikanku.
Di era digitalisasi sekarang menulis adalah hal lumrah yang oleh siapa saja bisa dilakukan dan bisa langsung dikonsumsi oleh masyarakat luas. Bagaimana tidak? Sekarang banyak sekali media yang bisa membantu kita untuk bisa menyebarkan tulisan kita pada khalayak luas, contohnya melalui aplikasi facebook, twitter, blog dan lain sebagainya.
Ironisnya kemajuan teknologi yang begitu pesat berbanding lurus dengan kerusuhan yang ditimbulkan oleh media-media elektronik tersebut seperti penyebaran fitnah, pencemaran nama baik, bullying dsb.
Namun, apa yang mereka tuliskan di media-media itu hanyalah kata-kata yang tujuannya hanya sekadar eksistensi diri atau yang lebih parah malah digunakan untuk menyakiti orang lain, tidak memberikan sebuah informasi ataupun suatu pengetahuan yang berarti. Terlebih lagi hal demikian terjadi di lingkungan orang-orang yang terdidik. Sebuah ironi, bukan?
Terlepas dari semua itu aku disini bukan untuk menghakimi atau semacamnya, tapi hanya untuk bersama-sama belajar akan pentingnya menulis khususnya untuk generasi muda dan kawan-kawan mahasiswa atau kaum terdidik lainnya.


Kata Pram menulis adalah bekerja untuk keabadian, kawan-kawan pasti sampai saat ini masih bisa merasakan kontribusi pemikiran-pemikiran dari Plato, Sokrates, Bung karno, Gus Dur dsb. Kenapa sampai saat ini kita masih bisa merasakan kontribusi dari pemikiran mereka? Sebab mereka menulis, kita bisa membaca dari karya yang dihasilkan oleh mereka, dari tulisan-tulisan yang dibuat oleh mereka atau tentang mereka yang ditulis oleh orang lain.
Sebaliknya para tokoh yang tidak memiliki tulisan justru akan mudah dilupakan seiring perkembangan zaman, tanpa buah karya tulisan mereka sulit untuk kita mengenali pemikiran juga sosok mereka, sekadar kata orang yang tentu saja akurasinya sangat dipertanyakan karena memori ingatan seseorang itu lambat laun akan melemah.
Menulis untuk melawan sebuah pembodohan bagiku adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan oleh orang-orang yang berpendidikan, sebab kalau bukan orang yang berpendidikan maka kepada siapa lagi masyarakat akan bersandar.
Untuk melakukan langkah kecil adalah tentu saja dengan banyak membaca buku, memperbanyak referensi adalah modal utama kita untuk bisa menghasilkan sebuah tulisan. Banyak orang pintar, rajin membaca namun jarang menulis. Mereka punya banyak ilmu dan pengalaman, namun tidak pernah meneruskannya lewat tulisan. Hal ini sangat disayangkan, karena apa yang mereka miliki hanya akan bermanfaat buat dirinya sendiri. Akan berbeda halnya jika orang tersebut menuliskan apa-apa yang dia kuasai. Tentu dampaknya akan lebih luas. Dia bisa membawa pengaruh dan manfaat kepada orang lain dan akan terus berguna buat generasi selanjutnya.
Sekali lagi menulis adalah salah satu upaya kita, ikhtiar kita untuk bisa memberikan manfaat kepada sesama manusia, upaya untuk membantu mencerdaskan anak bangsa. Terkesan dilebih-lebihkan memang, tapi bagiku begitulah adanya.
Bung Karno menulis, Bung Hatta menulis, Gus Dur menulis, masih banyak tokoh-tokoh bangsa lainnya yang memberikan kontribusi pemikirannya melalui tulisan, sehingga bisa dikonsumsi oleh kita sampai dengan generasi selanjutnya.
Jadi menulislah kawan, terlepas tulisanmu untuk kepentingan suatu golongan atau dirimu sendiri atau kepentingan apapun. Yang penting kamu menulis saja dulu!


*Penulis adalah Bocah yang menjadi muridnya Bocah Angon

Tuesday, 23 October 2018

KEBANGKITAN PKI ATAU HTI


KEBANGKITAN PKI ATAU HTI?
Oleh : Fathur*

Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) ke-3 di Garut, Jawa Barat tercoreng aksi oknum anggota ormas tertentu yang membakar bendera milik HTI di lapangan Alun-alun Limbangan, Garut.
Akibatnya video berdurasi 2,04 menit yang mulai beredar pada Senin, (22/10/2018) siang sekitar pukul 11.00 itu, langsung jadi kontroversi. 

Awalnya, sebelum dilaksanakannya perayaan HSN ke-3, seluruh santri dari seluruh ormas yang ada di wilayah Kecamatan Limbangan, Garut meneken tanda tangan perjanjian untuk melaksanakan perayaan HSN damai.

"FPI, persis, NU, Muhammadiyah dan lainnya sepakat dan tanda tangan di atas materai Rp 6.000 agar jangan mengibarkan bendera selain Merah Putih," ujar salah seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.

Kemudian seluruh ormas meneken perjanjian itu. Pada prakteknya semuanya berjalan lancar hingga perayaan HSN di lapangan Kecamatan Limbangan itu berlangsung aman. Namun setelah menyanyikan lagu Hubul Wathon saat sesi hiburan, tiba-tiba ada peserta HSN yang menaikan bendera arroyah yang diduga kerap digunakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Bendera itu sempat naik di tiang bendera sampai beberapa meter, sebelum akhirnya diturunkan oleh anggota ormas, ada Pak Camat kok yang tahu," ujar sumber tadi menambahkan. (https://www.liputan6.com/regional/read/3673931/kronologi-pembakaran-bendera-hti-di-garut)

Saya kira berita tersebut sudah bisa menjelaskan Vidio banser NU Garut yang tersebar di berbagai Media Sosial saat ini, sehingga banyak oknum atau golongan yang tidak suka dengan NU memanfaatkan Viralnya Vidio tersebut untuk membubarkan Banser NU, bagi mereka cara apapun akan dilakukan untuk bisa melemahkan NU untuk bisa melemahkan NKRI.

Pengguna Media sosial berlomba-lomba untuk mengomentari perihal pembakaran bendera HTI tersebut, memang banyak yang pro-kontra terkait video tersebut namun tentu saja banyak yang memberikan komentar negative sebab tidak tahu kronologi kejadiannya, yang justru menjadi aneh menurut saya adalah adanya usaha dari para pembenci NU untuk ikut sama-sama membenci NU dengan memberikan komentar-komentar yang Profokatif.

Menurut Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD,  alias Gus Nadir Rais Syuriah PCINU Australia punya catatan menarik. Menurutnya, umat Islam jangan mau dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini. Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah.
“Kalau klaim mereka itu benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya?” demikian catatan Gus Nadir sebagaimana yang sampai kepada duta.co
Menurut dosen tetap di Fakultas hukum Universitas di Australia ini, secara umum hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya, itu tidak berkualitas alias tidak sahih. Riwayatnya pun berbeda-beda. Ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja. Ada juga riwayat yang bilang hitam dan putih, bahkan ada yang kuning.
“Dalam sejarah Islam juga beda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai warna hitam, dan pernah juga putih. Yang jelas dalam konteks bendera dan panji, Rasul menggunakan sewaktu perang hanya untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara,” jelasnya.
Jadi? Kalau ISIS dan HTI yang setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah mereka mau perang terus? Kok ke mana-mana mengibarkan bendera perang? “Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera Merah Putih. Masakada negara dalam negara? Kalau itu terjadi, berarti makar!” tegasnya.
Lalu bagaimana status hadits soal bendera ini? Menurut Gus Nadir, hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yang bilang bendera Rasul hitam dan panjinya putih, itu dhaif. Riwayat Thabrani ini dhaif karena ada rawi yang dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin. Bahkan kata Imam Dzahabi, dia pemalsu hadits.
Lalu, riwayat Abu Syeikh dr Abu Hurairah itu juga dhaif, karena kata Imam Bukhari, rawi yang namanya Muhammad bin Abi Humaid, itu munkar. Kemudian riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas haditsnya masuk kategori hasan, bukan sahih. Riwayat lain bendera Rasul yang warnanya hitam atau putih atau kuning atau merah, itu tidak ada tulisan apa-apa.
“Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu beda dengan yang ada di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul tulisan Alquran belum ada titik dan khatnya, masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya, meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kok bisa? Padahal sama-sama mengklaim bendera Islam? Itu karena rekaan mereka saja,” tandas Gus Nadir.
Jadi, Tidak ada contoh otentik dan sahih tentang bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih. “Intinya, jangan mau dibohongi sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS. Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati. Selesai,” pungkasnnya.

Banyak dari oknum-oknum yang tidak suka dengan Rezim saat ini sampai-sampai membuat issue akan kemunculan PKI sebab Rezim saat ini banyak ditunggangi oleh PKI katanya, tapi kok saya melihat justru banyak upaya dari simpatisan HTI untuk memberikan penekanan dan segala maca cara yang bisa mereka lakukan untuk bisa mengibarkan kembali benderanya, terlihat dalam setiap momen yang diselenggarakan oleh ormas islam selalu saja muncul bendera HTI seperti pada perayaan Tahun baru Islam di Cirebon, ketika pawai 1 Muharrom di kota Cirebon banyak ditemukan bendera HTI dalam masa pawai mereka yang membawanya berkilah bahwa itu adalah bendera Rosulullah, itu adalah kalimat syahadat dsb. Padahal sudah jelas bendera yang mereka gunakan dalam pawai itu adalah bendera yang dipakai oleh ISIS.
Saya sendiri merasa aneh pada oknum yang selalu memberikan Provokatif, sebab ketika mereka diajak untuk bertabayun atau klarifikasi tidak pernah ada respon dari oknum tersebut, jadi bagi saya jelas tujuan mereka hanyalah memprovokasi masyarakat untuk bisa mengikuti apa yang mereka kehendaki dan mereka inginkan.
Harusnya para pengguna media sosial harus lebih cerdas lagi dalam menyerap Informasi yang tersebar luas apalagi yang bernada Provokatif, jangan sampai seperti kasus dari Ratna kemarin yang sudah tersebar luas, sudah banyak yang berkoar-koar eh ternyata hanya Hoax belaka, kan malu sampean kalo sampe terjadi lagi kasus yang seperti itu, mau jadi apa bangsa ini kalo masyarakatnya saja masih mau mengkonsumsi Hoax.
Marilah kita bersama-sama untuk bisa bermedia sosial dengan riang gembira tanpa ujaran kebencian tanpa fitnah. Kata orang zaman dulu mulut tetangga bisa lebih tajam dari senjata tapi sekarang Media sosiallah yang lebih tajam dari senjata sebab dalam hitungan detik sudah mampu menyebar luas dipelosok-pelosok Negeri, begitulah media sosial mampu menyelamatkan tapi juga mampu membunuh penggunanya.
Mari kita bijak dalam menggunakan Media Sosial, Salam waras.!
*Penulis adalah Bocah dari muridnya Bocah Angon

Bersama Santri Untuk Negeri.


Oleh : Abong

Pesantren merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika bangsa Indonesia, secara historis ,pesantren telah ‘’Mendokumentasikan” berbagai peristiwa penting bangsa Indonesia, baik sosial , budaya ,ekonomi maupun politik bangsa  Indonesia. Salah satu peran penting pesantren dalam sejarah dalam keterlibatannya dan berperan melawan penjajah. Ketika jepang memobilisir tentara PETA (Pembela Tanah Air).

Guna melawan Belanda, Para kiyai dan santri mendirikan tentara Hizbullah. Bambu runcing yang terkenal  sebagai senjata para pejuang kemerdekaan  adalah inisiatif dari kiyai Subeki atau Mbah subki yang kemudian bambu runcing itu diabadikan sebagai nama pesantren, yakni pondok pesantren kyai Parak Bambu Runcing, Parakan , Temanggung Jawa Tengah.

Para kiyai pesantren  memahami betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”, Cinta tanah Air sebagian dari  iman. Sehingga,  apapun mereka lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut meski harus mengorbakan nyawa sekalipun. Fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh PBNU menjadi titik tolak perjuangan para kiyai beserta santri-santrinya tanggal 21-22 Oktober, NU mengumpulkan semua kiai dan konsul NU se-Jawa Madura untuk memusyawarahkan tentang sikap yang akan  diambil terkait masuknya kembali Belanda dan sekutu ke Indonesia.

Dari pertemuan tersebut, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa fardlu ain bagi umat islam untuk memerangi orang kafir yang menghalangi kemerdekaan Indonesia.Pondok pesantren merupakan pendidikan paling  ideal untuk memupuk jiwa islamisme pada umat islam.

Pengaruh pondok pesantren sangatlah besar dan jauh berbeda dibandikan pendidikan islam dipendidikan formal atau nonformal lainnya. Keidealan pondok pesantren sebagai pendidikan yang mendoktrin jiwa islamisme ini bisa kita  ketahui keindahan kehidupannya pesantren  yang penuh perdamaian, budaya para santri mengaji,tawadhu kepada kiai dan ustadz  disiplin,intraksi santri terhadap santri-santrinya,ajaran  suci (keikhlas) dari kitab-kitab kuning dan doktrin islamisme terkait Aqidah dan Akhlaq.

Tentu saja semua hal itulah dibutuhkan untuk memperkuat pondasi keislaman dan keimanandalam diri serta dan bernegara secara umumnya sesuai dengan misi pondok pesantren sendiri, apalagi dalam era globasisasi  yang serba modern ini. Ya, kemajuan teknologi  memang sangat membantu upaya manusia daam kehidupan sehari-hari, Tetapi disisi lain kemajuan tersebut bisa saja menjadi lingkaran yang akan menjerumuskan, oleh sebab itu, demi menjawab tantangan kezaman-zaman ,pondok pesantren diharapkan mampu maksimalkan perannya tanpa lagi melepaskan visi dan misi sebenarnya.

Pengaruh pentingnya pondok pesantren bagi jayanya kehidupan islam, hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang mempunyai berjiwa pondok pesantren, misalnya para santri, para alumni pondok pesantren, para kiai dan beberapa orang yang peduli kehidupan pondok pesantren.

Ini artinya ,orang-orang yang memang belum pernah merasakan kehidupan pesantren, mungkin hanya bisa menebak tanpa mengetahui lebih dalam bagaimana pengaruh lebih dalam pengaruh pesan tren di dunia islam. Bahkan sebagian orang berprasangka buruk akan keberadaan pondok pesantren yang dianggap sebagai ancaman, tentu saja pemikiran seperti itu salah fatal karena mereka hanya melihat dari gambaran tekstual di media tanpa mengetahui pesantren sebenarnya yang penuh dengan perdamaian.

Saat ini makna jihad ialah bagaimana santri ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan Indonesia.
Lalu bagaimana peran santri aktif dalam membangun dan memajukan Indonesia?
Santri mempunyai 6 sikap karakter penting untuk menjadi bagian dari SDM manusia Indonesia
yang unggul. Karena 6 sifat ini terbentuk selama bertahun-tahun  ketika hidup sebagai santri di pondok pesantren. 6 sikap itu antara lain; sopan santun,disiplin, hidup sederhana ,kejujuran, menjunjung tinggi kebersamaan dan terakhir kemandirian.

Dengan implementasi 6 sifat santri dalam kehidupan sehari-hari. Melawan gaya hidup hedonisme
Manusia modern, kecurangan akut yang melahirkan korupsi berjamaah, tanpa rasa takut bersalah,
Mengikis habis egoisme dan ingin menang sendiri, menghidupkan kembali semangat bergotong-royong (gemah ripah loh jinawi). Sebagai ciri khas karater bangsa Indonesia, kemandirian yang memupuk semangat bebas finansial,bergerak dengan kaki dan tangan sendiri, berdaulat atas tanah ,sumber pangan dan ekonomi sendiri.

Peran santri di zaman now, dengan semua sikap yang melekat pada dirinya, maka ditempatkan di ruang strategis apapun , santri bisa bekerja dengan segenap jiwa dan raganya. Ditugaskan sebagai profesi apa saja, santri mampu memberdayakan dirinya sendiri,terus belajar dan berusaha meningkatkan kapasitas diri. Karena bertolak pada landasan kitab Ta’lim Muta’allim sebagai rujukan mengaji santri, Sehingga santri dapat memahami posisi dirinya antara anggah-ungguh (akhlaq) dan ilmu pengetahuan. Maka dari itu ,berbangga jadi santri , karena barokah para kiyai ,ustadz, guru dan almater tercinta akan selalu mengikuti kemanapun langkah santri pergi.

Berkaca dalam point diatas yaitu menyimbangkan ilmu ukhrowi dan Ilmu duniawi keduanya sangat penting untuk menjalani kehidupan .

Seperti halnya Rasulullah SAW bersabda dalam hadist beliau :
“ Barang siapa menghendaki urusan dunia,maka hendaklah ia mendasari dengan ilmu (dunia).
Dan barang siapa menghendaki urusan akhirat , maka hendaklah ia mendasarinya dengan ilmu (akhirat). Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka hendaklah ia mendasri dengan ilmu (Dunia dan Akhirat).

 Seperti hanya juga dawuh dari para kyai terdahului :
“Wong seng iso ilmu akhirat tok, iku ibarat wong seng pincang.
Wong seng isoo ilmu dunyo tok, iku ibarat wong seng picek “
Orang yang hanya bisa ilmu akhirat saja, ibarat orang pincang, sedangkan orang yang hanya bisa ilmu dunia saja, ibarat orang yang buta.

Kita pun tidak perlu risau dengan status apakah kita santri atau bukan , apakah pernah mengenyam pendidikan pesantren atau tidak , dan sejumlah hal yang membuat banyak orang tidak pernah  menjadi santri. Hari santri adaah perayaan untuk semua, untuk masyarakat luas , dan untuk orang-orang yang memilik komitmen untuk menjaga negara dari ancaman keretakkan dan perpecahan.

Tidak penting memperdebat  tentang status santri , atau bukan yang penting kita berperilaku yang baik dan mencerminkan masyarakat Indonesia yang mencerminkan Budi Pekerti yang baik.
Moralitas jauh  meampaui sekat -sekat  Perbedaan.karenanya, kita perlu menjadikan hari santri ini sebagai wahana mempererat tali persaudaraan ,menghadapi berbagai masalah secara bersama-sama dan yang lebih penting adalah menanamkan sikap toleransi yang setinggi –tingginya di tengah perbedaan dan keragaman budaya ,ras ,agama. Mari jaga NKRI kita bersama santri untuk negeri.


Penulis adalah mahasiswa pendiam

Jihad Santri melawan Hoax


Oleh : Muhammad Surya

Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai ras, agama, suku dan bangsa serta bukan negara islam seperti negara-negara yang berada di wilayah timur tengah. Namun yang telah kita ketahui penduduk di Indonesia mayoritasnya memeluk agama islam.

Fakta tersebut telah berlangsung cukup lama dan masih melekat pada sampai saat ini, berbicara mengenai islam di Indonesia memang sangat menarik karena kegiatan yang berasaskan keislaman sangat jelas terlihat dalam kehidupan masyarakatnya.

Bukunya Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, bahwa islam sudah memasuki Indonesia sejak abad ke 7 dan sudah dianut sebagian besar orang Indonesia, baik sebagai hukum ataupun agama. Islamisasi di Indonesia telah ada sejak para Wali Songo menyebarkan ajaran islam di Nusantara, selain itu, beberapa daerah yang berada di Indonesia, memiliki beberapa pondok pesantren yang sudah terkenal. Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari adanya pondok pesantren yang notabennya para santri, ulama dan kiyai yang memiliki ciri khas tersendiri.

Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia telah merdeka dari penjajahan belanda namun, belum genap 1 bulan merdeka, Indonesia mendapat ujian yang berat. Tentara sekutu yang membonceng tentara Belanda mendarat di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Peristiwa inilah yang membuat Bung Karno dan Bung Hatta untuk ber-Diplomatik, agar tentara sekutu tidak mengusik kemerdekaan Indonesia, namun rencana itu tidak membuahkan hasil.

Bung Karno galau, ketakutan yang dirasakan Bung Karno sangat mendalam. Sehingga ia memperhitungkan bila terjadi peperangan secara sistematis, kemungkinan besar tidak akan bisa mengalahkan tentara sekutu, sudah jelas, persenjataan mereka sangat lengkap dan keahlian militernya sangat memadai.

Di sinilah peran para ulama sangat dibutuhkan, atas saran dari jendral Sudirman, Soekarno diminta untuk mengirim pasukan khusus kepada pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari tujuan menanyakan Fatwa Kiyai Hasyim tentang hukumnya berjihad membela negara, yang notabennya bukan negara Islam.

Kiyai Hasyim lantas memanggil Kh Hasan Abdullah dari Tambak Beras Jombang, kiyai Wahab diminta untuk mengumpulkan para ketua-ketua NU se-Jawa-Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu, kiyai Hasyim juga meminta kiyai-kiyai utama NU untuk melakukan sholat istiqoroh salah satunya adalah kiyai Abbas dari Buntet, Cirebon Jawa Barat.

Itulah sepotong cerita perjuangan para Umara dan Ulama untuk mengalahkan  tentara sekutu agar beranjak dari tanah Indonesia, selain itu, para santripun ikut berjuang dalam peperangan dan mengalahkan tentara sekutu, begitu hebatnya para pejuang santri pada zamannya itu. atas perjuangan para santri dan ulama mengusir para tentara sekutu. Sehingga, tanggal 22 Oktober menjadi hari peringatin untuk santri se-Indonesia, yaitu Hari Santri Nasional.

Santri di zaman sekarang dan zaman dulu, perjuangannya sangat berbeda, santri dulu berperang melawan tentara sekutu, santri sekarang berperang melawan teknologi. Semakin meningkatnya teknologi di Indonesia, menyebabkan pengaruh yang sangat baik, namun juga bisa menyebabkan pengaruh yang begitu buruk.

Perkembangan teknologi di Indonesia sangat meningkat, dengan adanya beberapa media sosial yang sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan melalui telepon genggam dan semua orang bisa mengakses segala kegiatan yang dilakukan, bahkan bisa menyebar luas informasi hoax.

Semua kalangan pasti memiliki akun media sosial masing-masing, termasuk para santri. Tugas santri hari ini tidak hanya sekedar sekolah, mengaji, dan melaksanakan kegiatan religius lainnya. Melainkan santri juga wajib melawan hoax yang semakin menjalar dan agar tidak mudah terpengaruh oleh para oknum pembuat berita hoax.

Seperti beberapa bulan yang lalu, Indonesia telah digemparkan berita seorang ibu yang berusia 70th dikeroyok oleh tiga pemuda di salah satu bandara yang berada di Bandung. Sehingga menyebabkan muka si ibu tersebut babak belur, berita ini pun langsung menyebar, dan membuat empati para tokoh nasional, para pimpinan-pimpinan dewan yang mempercayai berita tersebut. Setelah berita itu menyebar, akhirnya ia mengakui bahwa berita itu ­hoax, yang sebenarnya ia tidak dipukuli tiga pemuda, muka yang babak belur itu disebabkan gagalnya operasi plastik.

Ini berita hoax  yang sangat hebat, kenapa? Karena beberapa tokoh nasional ikut terperangkap oleh berita hoax tersebut. Santri harus cerdas dan pandai dalam menghadapi teknologi dan media yang semakin kacau, bahkan menjadikan tempat penyebaran berita hoax serta menjadi tempat saling menghujat, memfitnah, dan mencacimaki. Melawan hoax adalah tugas kita bersama, termasuk tugasnya para santri, seperti lirik lagu Hari Santri ;

”Saat ini kita telah merdeka, mari teruskan perjuangan ulama, berperan aktif dengan dasar pancasila Nusantara tanggung jawab kita”. Arti lirik lagu tersebut, bahwasannya hari ini kita telah merdeka dari penjajahan dan kita hanya cukup meneruskannya dan berperan aktif dalam berasaskan pancasila serta negara ini adalah tanggung jawab kita para pemuda dan santri. Jangan kalah sama hoax, karena hoax sesama saudara saling membenci, lawan hoax, perangi hoax. Santri harus berjihad melawan hoax seperti santri zaman dulu berjihad melawan tentara sekutu. Selamat Hari Santri, bersama santri damailah negeri.



Penulis adalah mahasiswa tertinggi dikampusnya


 
 


Friday, 19 October 2018

‘lelaki klantang-klantung’








Oleh: Begal13

            Hidup bukan hanya sekedar hidup, kita harus tau tata cara kehidupan itu seperti apa, tapi kebanyakan orang di dunia ini hanya sekedar numpang hidup, begitu juga dengan saya pribadi. Hal seperti inilah yang kita semua harus tahu jangan sampai kita hidup di dunia hanya klantang klantung enggak jelas.

            Orang tua saya pernah bilang “woy nang sira kuh ning dunya kien cuman sementara, baka dadi wong kuh sing guna karo sejene”. “hay nak kamu hidup di dunia ini cuman sementara, kalau jadi manusia ya harus berguna buat semunya”. Memang benar apa yang dikatakan orang tua, toh ini juga untuk masa depan saya mau tidak mau harus di turuti apa kata orang tua.

            Tapi yang namanya manusia siapapun juga orangnya menjalankan kehidupan pasti enggak jelas alias klantang-klantung, terpikir di otak kanan saya “kita lelaki, yang namanya klantang-klantung sudah menjadi rutinitas sehari-hari, jadi sudah lumrah kalau iya klantang-klantung”.

            Tulisan yang kubuat berjudul LELAKI KLANTANG-KLANTUNG artinya lelaki itu tidak harus klantang-klantung enggak jelas, saya hanya ingin merubah pola pikir kita semua sadar bahwa hidup itu harus mempunyai tujuan dan target.

            Memang sangat susah ketika kita harus merubah pola pikir manusia bukan berarti kita diam atau tak peduli, sejatinya ini tangtangan kita bagaimana caranya pola pikir itu sedikit demi sedikit pudar dalam pikiran manusia, bukannya mengatur tapi kita harus sadar untuk masa depan yang cerah.

            Ketika kita ingin merubah pola pikir seseorang rubahlah pola pikir kita terlebih dahulu, makanya kita harus tau lima hal ini: Berani, PD, Baca Buku, Implementasikan dan terjun kemasyarakat. Ketika itu semua sudah di terapkan di kehidupan kita, saya yakin yang namanya hidup klantang-klantung itu hanya sebuah perjalanan pendek dalam kehidupan manusia yang singkat.

            Berani, iya! Apalagi kita sebagai lelaki harus berani dalam hal apa saja yang terpenting hal positif. Ketika keberanian sudah tertanam di jiwa para lelaki saya yakini lelaki itu lelaki yang hebat dan bertanggung jawab. Bagi lelaki yang namanya keberanian itu perlu untuk menjaga sebuah kehormatan dalam kehidupan dan di dalam keluarga kelak.

            Selain itu, ketika keberanian itu sudah di tanamkan dalam jiwa kita maka PD itu perlu, salah benarnya omongan, tindakan dan sikap kita bukan menjadi alasan untuk tidak bersemangat, yang namanya kesalah memang ada di setiap tindakan. Disini kita belajar bukan menjadi kurang ajar.

            Ketika keberanian dan PD sudah melekat, kita perlu baca buku, supaya apa kita baca buku? Supaya keberanian dan ke PD-an kita tidak sia-sia. Omongan dan tindakan ketika tidak di dasari referensi itu ibarat onta yang sedang bergulat di padang pasir, dia berani dan  untuk melawati padang pasir. Makanya kita jangan seperti onta yang di padang pasir yang hanya nurut saat kusir mencabuknya dia gagah berani dan PD tapi otak kosong.

            Memang berat yang namanya baca buku tapi itu adalah keharusan kita sebagai makhluk hdiup. Gus Dur pernah berkata, “ketika kalian ingin menguasai dunia cukup membaca banyak buku dari situlah kita bisa menguasai dunia”.

            Jangan lupa ketika tiga hal itu sudah di terapkan ada dua hal lagi yaiitu implementasikan dan terjun, kenapa harus seperti itu? Karena itu semu penting supaya kita tak lupa dan lalai apa yang telah kita baca. Terapkan di dalam jiwa kita lima hal itu supaya kita tidak di cap sebagai lelaki klantang-klantung.



Penulis adalah mahasiswa jomblo yang sering ketikung

Wednesday, 17 October 2018

Ibu Adalah Madrasah Pertama Bagi Generasi Masa Depan



Oleh : Muhammad Surya

“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya”_Raden Ajeng Kartini_
Seiring evolusi di masyarakat, perempuan Indonesia semakin sadar mengenai pentingnya pendidikan bagi mereka. Perempuan Indonesia memahami betul bahwa mereka memikul beban yang sangat besar dalam mendidik calon generasi di masa depan. Mereka sadar bahwa pendidikan sangat dibutuhkan agar dapat menjadi istri dan ibu yang baik walaupun pada kenyataannya mereka tak mendapatkan pendidikan modern.
Pada zaman rezim kolonialisme, sewaktu itu para pelopor gerakan feminisme mulai bergerak melawan hukum dan adat negeri; bahwa anak perempuan hanya sedikit diperbolehkan memanfaatkan kemajuan di bidang pendidikan. Seperti surat yang ditulis oleh Kartini pada tanggal 25 Mei 1899, isi surat tersebut menceritakan lingkungan tempat tinggal Kartini secara jelas;
“Kami anak-anak perempuan masih terbelenggu oleh adat istiadat lama, hanya boleh memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang pendidikan. Sebagai anak perempuan, setiap hari pergi meninggalkan rumah untuk belajar di sekolah sudah merupakan sebuah pelanggaran yang besar terhadap adat negeri kami. Ketahuilah bahwa adat negeri kami sangat melarang keras gadis-gadis keluar rumahnya.
Sangat kelam sekali pendidikan bagi kaum perempuan di zaman tersebut, di usia 12 tahun  anak  perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah padahal tujuannya untuk belajar dan sekolah dan itu merupakan sebuah pelanggaran yang sangat besar;
Ketika berusia 12 tahun aku harus tinggal di rumah, aku harus masuk ‘sangkar’. Aku dikurung di dalam rumah dan sangat terasing dari dunia luar, dan aku tidak boleh kembali ke dunia itu lagi selama belum berada di sisi seorang suami, seorang lelaki yang asing sama sekali, yang dipilihkan orang tua kami untuk mengawini kami, yang sesungguhnya tanpa sepengatahuan kami”.
Memang pendidikan bagi kaum perempuan waktu itu tidak terlalu penting untuk diterapkan dalam diri kaum perempuan sehingga Kartini melawan hukum adat yang sudah lama itu agar kaum perempuan mempunyai pengetahuan yang luas dan mengenali dunia luar.
Semasa mudanya Kartini terus melawan hukum adat yang bertentangan dengannya. Kini  dalam semasa hidupnya Kartini menjadi pelopor para gerekan feminisme di antara kaum muda Indonesia dan menimbulkan simpati atas gerakan feminisme di Indonesia dan negara-negara lain.
Dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon pada tanggal 21 Januari 1901 bahwa kaum perempuan harus dapat terlebih dahulu mengembangkan potensi diri agar dapat menjadi ibu-ibu yang bisa diandalkan oleh generasi masa depan;
“Dari perempuanlah manusia pertama kali menerima pendidikan dan makin lama makin jelas bagiku bahwa pendidikan pertama kali itu bukan tanpa arti bagi seluruh kehidupan. Dan bagaimana ibu-ibu bumiputra dapat mendidik anak-anaknya jika mereka sendiri tidak berpendidikan? bukan hanya untuk perempuan saja, tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia, pengajaran kepada anak-anak perempuan akan merupakan rahmat”.
Sudah sangat jelas maksud dari isi surat yang dikirim Kartini kepada Nyai Abendanon, bahwa kaum perempuan (ibu) adalah madrasah pertama bagi generasi masa depan.
Begitupun juga dengan islam, yang selalu menjujung tinggi persamaan hak antar manusia, di mata islam semua hamba Allah sama tidak ada dikotomi ras, jenis golongan dan bangsa, mereka semua sederajat, hanya taqwa yang membedakan mereka di mata sang kholiq. Hal seperti ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13.
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
Ayat di atas menyiratkan bahwa dalam pandangan islam pun tidak ada diskriminasi antar lelaki dan perempuan, semuanya sama mendapatkan kewajiban dan hak dalam menuntut ilmu, bahkan kaum perempuan dalam hal ini harus diprioritaskan karena merekalah tempat pendidikan pertama sebelum pendidikan yang lain diperoleh oleh seorang anak.
Sedangkan dalam surat yang ditulis pada 4 Oktober 1902 yang ditujukan  kepada Profesor G. K. Anton dan Nyonya dari Jena yang telah mengunjungi Jawa, Kartini menulis;
“Jika kami menginginkan pendidikan dan pengajaran bagi kaum perempuan bukan karena kami ingin menjadikan perempuan menjadi saingan lelaki”. (Cora Vreede-de Stuers Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan & Pencapaian, hlm ...)
Maksud dari isi surat tersebut, bahwa perempuan harus lebih pandai melakukan tugas yang begitu besar dalam tanggung jawabnya menjadi seorang ibu. Ibu adalah seorang perempuan yang pertama kali menjadi pendidik umat manusia dan kepada kaum ibu lah segala urusan rumah tangga diserahkan dan dibebani tugas besar untuk mendidik anak-anaknya. Karena anak-anaknya cikal bakal generasi masa depan dan akan menjadi anggota masyarakat ketika sudah beranjak dewasa. Untuk itu, begitu penting pendidikan bagi anak-anak perempuan sebagai calon ibu yang berpendidik. Dan menjadi seorang ibu yang cerdas dalam mendidik anak-anaknya bukan untuk menjadi pesaing laki-laki.
Terimakasih ibu telah mendidikku sampai dewasa ini dan terimakasih juga kepada almarhum ayah yang telah mengajariku arti hidup dan kasih sayang.



Penulis adalah mahasiswa peteran

Tuesday, 16 October 2018

NEGERI PENGGALAN SURGA



Negeri Penggalan Surga 
Oleh Fathur*

"Satu Nusa Satu Bangsa, Satu Bahasa kita. Tanah Air Pasti Jaya Untuk Selama-lamanya..."
Penggalan lirik lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" karya liberty manik.

Mendengarkan lagu tersebut membuat terbakar jiwa nasionalisme saya, dan amat sangat mencintai negeri saya sendiri. Terlebih didengarkan dalam keadaan Indonesia yang tengah dirongrong oleh berbagai macam Golongan. Sungguh hati saya sangat terketuk untuk lebih mencintai Indonesia. Kalau sahabat sih gimana? Hehehe
Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang luas dari sabang sampai marauke, tentu saja di dalamnya pun terdapat bermacam-macam suku, budaya, dan agama. Tapi, ajaib negeri ini mampu mempertahankan keutuhan negaranya meskipun banyak percobaan untuk memecah belahnya.
 Apa yang harus dilakukan untuk tetap menjaga keutuhan NKRI? Tentu saja sebagai mahasiswa saya sendiri merasa perlu bercermin apakah saya sudah melakukan sesuatu untuk menjaga NKRI? Jangan-jangan belum? Semua manusia tahu bahwa kelompok manusia yang paling bisa diandalkan, garda terdepan, dan yang menjadi harapan adalah mahasiswa.
Kalau boleh jujur sebagai seorang mahasiswa diberikan label seperti itu saya pribadi merasa risih, tertekan dan tidak tenang. Sebab hal tersebut menjadi tanggung jawab seumur hidup kita sebagai mahasiswa. Lalu apa yang sudah dan harus dilakukan oleh mahasiswa dalam menjaga kedaulatan NKRI? Beda bukan berarti tidak bisa beriringan. Apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa? Tentu saja mahasiswa harus mampu untuk menjaga kedaulatan NKRI lebih dari siapapun, tentara sekalipun. (bukan maksud merendahkan)

Menurut saya salah satu cara agar mahasiswa dapat membentengi NKRI adalah dengan melakukan kegiatan yang sifatnya memperkuat ideologi anak bangsa, contohnya seperti melakukan dialog kebangsaan baik dalam kegiatan seminar ataupun diskusi kecil yang digelar di pinggir-pinggir jalan.
Namun, kegiatan-kegiatan semacam itu ada yang bilang itu hanya ceremonial, hanya sebagai pencitraan semata, sudahlah gak usah berdebat akan hal itu, kalo diperdebatkan sama saja kita berdebat lebih dulu mana keluarnya ayam ataukah telur? Bingung kan? Makanya hal tersebut pun tidak untuk diperdebatkan, cukup melakukan hal yang memang perlu dilakukan semata-mata untuk menjaga stabilitas bangsa dan Negara, menjaga kedaulatan NKRI.
Seperti kata Habib Lutfi "Bangga terhadap Indonesia Bukan Sombong, tapi rasa syukur kepada Allah SWT. Hormat Pada Merah Putih bukan Syirik, tapi rasa Syukur pada Allah SWT untuk memiliki Bangsa Indonesia" demikian yang dituturkan Al-Habib adalah penegasan bagi mereka yang meragukan untuk menjaga Kedaulatan NKRI. 

*Penulis adalah Bocah dari muridnya Bocah angon

Gusdur untuk NKRI



Gus Dur Untuk NKRI
Oleh Fathur*

Sahabat, siapa sih yang gak kenal Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur? Tentu saja semuanya sasti kenal beliau, entah itu dalam perspektif yang positif ataupun negatif. Kenapa begitu? Sebab Gus Dur adalah orang yang kontroversial bagi masyarakat Indonesia atau bahkan Dunia.
Kenapa Gus Dur mati-matian menjaga kedaulatan NKRI? Menjaga kedaulatan NKRI tentu saja menjadi tanggungjawab dan kewajiban setiap Warga Negara Indonesia, yang sudah termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Gus Dur adalah tokoh humanis Indonesia, maka sudah barang tentu Gus Dur rela mati untuk menjaga kemanusiaan dan kedaulatan NKRI. Sebab negara yang berdaulat, maka manusianya kuat.
Indonesia sendiri adalah negara kepulauan yang di dalamnya banyak suku bangsa serta budaya, bahkan sampai agama sekalipun berbeda-beda. Sudah barang tentu akan mudah untuk dipecah-belah apabila tidak dijaga betul keberagamannya.
Gus Dur adalah orang pesantren (Santri). Dari kecil sampai dewasa beliau hidup di pesantren, bahkan ayah dan kakeknya adalah tokoh pesantren dan tokoh nasional. Kakeknya yakni KH. Hasyim Asy'ari adalah pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang sampai sekarang tetap eksis dalam menjaga tradisi pesantren dan kedaulatan NKRI. Bahkan pada perang Surabaya Kyai Hasyim memfatwakan "hubbul wathan minal iman”, cinta tanah air sebagian dari iman.
Inilah yang membakar semangat seluruh santri dan para pejuang Islam lainnya untuk melawan penjajah eaktu itu. Kemudian terbentuklah laskar santri, laskar jihad yang bernama laskar hizbullah.
Sedangkan Kyai Wahid Hasyim adalah orang yang berperan besar dalam merumuskan Pancasila. "Ketuhanan yang Maha Esa" pada sila pertama yang sebelumnya terdapat redaksi "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" ditiadakan. Hal itu tidak terlepas dari sentuhan Kiyai Wahid Hasyim. Beliau juga merupakan anggota BPUPKI dan PPKI.
Dari semua itu kita bisa tahu dari mana rasa kecintaan Gus Dur terhadap kemanusiaan dan NKRI. Presiden kontroversial Gus Dur adalah Presiden Indonesia yang ke-4. Beliau adalah Presiden pertama yang membuka derasnya kran demokrasi di negeri tercinta kita ini. Meskipun dikecam banyak pihak, namun akhirnya semua dapat merasakan nikmatnya kebebasan demokrasi.
Gus Dur ketika diturunkan dari Kursi Presiden
Saat menjabat sebagai Presiden, Gus Dur juga banyak dimusuhi anggota dewan lantaran kritiknya yang pedas dan menohok. Seperti pada suatu waktu Gus Dur menyebut "DPR itu kayak Taman Kanak-kanak". Tentu saja itu memicu kemarahan berbagai pihak. Tapi ketahuliah, Gus Dur cuek saja sambil silang "gitu aja kok repot!". Sungguh Presiden yang sangat pemberani, menurutku.
Gus Dur menjabat Presiden sangat singkat. Dari tahun 1999-2001, lantaran banyak tokoh politik yang memaksa beliau untuk turun. Padahal saat Gus Dur diturunkan, ribuan jamaah nahdliyin datang ke Jakarta dan siap membela Gus Dur. Namun apa yang Gus Dur lakukan? Sudah saya katakan dari awal tulisan ini bahwa Gus Dur adalah tokoh kemanusiaan. Beliau lebih memilih turun dari jabatannya daripada melihat pertumpahan darah sesama Warga Negara Indonesia.
 Sungguh mulia sekali, sampai-Sampai ribuan kader nahdliyin menangis saat itu. Saya pun ikut terenyuh saat menulis bagian ini. Ikut merasakan sedih dan sakit yang sangat luar biasa, membayangkan suasana warga Nahdliyin yang mengharubiru pada saat itu. Saya sangat merindukan sosok beliau. Alfatihah untuk Gus Dur.

*Penulis Adalah Bocah dari Muridnya Bocah Angon

POLITIK NU ADALAH POLITIK KEBANGSAAN